PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN
DALAM AJARAN TUHAN YESUS KRISTUS

Surat Kabar sering menempatkan gambar kartun di tempat yang menarik perhatian pembaca, yaitu di halaman editorial. Seniman menggoreskan garis-garis sederhana untuk membuat karikatur tentang situasi politik, sosial, atau ekonomi yang sedang kita hadapi. Melalui karikatur tersebut, ia dapat menyampaikan pesan yang begitu tajam dan tepat mengenai sasaran. Ketajaman dan ketepatan karikatur itu tidak dapat ditandingi oleh kefasihan bahasa seorang ahli bahasa.

Yesus melukiskan gambaran verbal tentang dunia di sekitarnya melalui perumpamaan-perumpamaan. Ia mengajar dengan menggunakan perumpamaan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan nyata. Dia menggunakan sebuah cerita yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Ia mengajarkan pengajaran baru dengan menggunakan cerita tentang keadaan yang sudah dikenal dan diterima oleh pendengar-Nya. Pengajaran itu seringkali muncul di akhir cerita dan mempunyai pengertian yang dalam sehingga membutuhkan waktu untuk memahaminya. Ketika pendengar mendengar sebuah perumpamaan, ia akan menyetujuinya karen a cerita itu biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan ia dapat mengerti segala suatu yang diutarakan dalam perumpamaan terebut. Sedangkan yang berkaitan dengan aplikasi dari perumpamaan itu, sekalipun bisa didengar, tetapi aplikasinya tidak selalu dapat dimengerti. Kita dapat memahami suatu cerita yang dibeberkan kepada kita, tetapi kita bisa saja tidak dapat menangkap signifikansi dari cerita itu. [1] Kebenaran tetap tersembunyi sampai mata kita dibukakan dan dapat melihat dengan jelas. Pada sa at itu barulah pengajaran yang baru dari perumpamaan itu akan menjadi berarti. Hal itu dikatakan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya:

* Markus 4:11
LAI TB, Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan,
KJV, And he said unto them, Unto you it is given to know the mystery of the kingdom of God: but unto them that are without, all these things are done in parables:
TR, και ελεγεν αυτοις υμιν δεδοται γνωναι το μυστηριον της βασιλειας του θεου εκεινοις δε τοις εξω εν παραβολαις τα παντα γινεται
Translit interlinear, kai {dan} elegen {Ia berkata} autois {kepada mereka} humin {kepada kalian} dedotai {diberikan} gnônai {telah menerima} to mustêrion {rahasia} tês basileias {kerajaan} tou theou {Allah} ekeinois {itu} de {tetapi} tois exô {kepada orang2 luar} en {di dalam} parabolais {perumpamaan-perumpamaan} ta panta {segala sesuatu} ginetai {telah menerima}



Bentuk-bentuk Perumpamaan


Kata perumpamaan dalam Perjanjian Baru mempunyai konotasi yang luas, termasuk bentuk-bentuk perumpamaan yang secara umum dibagi ke dalam tiga kategori. [2] Ada perumpamaan-perumpamaan yang berupa kisah nyata, perumpamaan-perumpamaan yang berupa cerita dan ilustrasi.


1. Perumpamaan-perumpamaan berupa kisah nyata. Perumpamaan-perumpamaan ini menggunakan ilustrasi dari kehidupan sehari-hari yang sudah dikenal oleh para pendengar. Setiap orang mengakui kebenaran dari kisah itu, sehingga tidak ada dasar bagi para pendengar untuk mengajukan keberatan dan kritik. Semua orang telah melihat bahwa benih tumbuh dengan sendirinya (Markus 4:26-29); ragi mengkhamirkan seluruh adonan (Matius 13:33); anak-anak bermain di pasar (Matius 11:16-19; Lukas 7:31, 32); seekor domba yang meninggalkan kumpulannya (Matius 18:12-14); dan seorang wanita yang kehilangan dirham di rumahnya (Lukas 15:8-10). Perumpamaan-perumpamaan ini dan banyak perumpamaan yang lain bertitik-tolak dari gambaran kehidupan manusia maupun alam yang memang demikian pada kenyataannya. Perumpamaan-perumpamaan itu biasanya berkaitan dengan apa yang terjadi pada masa kini.

2.Perumpamaan-perumpamaan berupa cerita. Berbeda dari perumpamaan berupa kisah nyata, perumpamaan ini tidak berdasarkan pada kenyataan atau tata cara yang sudah diterima secara umum. Perumpamaan berupa kisah nyata dipaparkan sebagai kisah nyata yang sedang terjadi, sedangkan perumpamaan berupa cerita menunjuk pada suatu peristiwa yang terjadi di masa lampau. Biasanya berkenaan dengan pen gala man seseorang. Matius 13:24-30 menjelaskan pengalaman dari seorang petani yang menabur gandum dan kemudian mengetahui bahwa musuhnya telah menabur lalang di tempat yang sama. Lukas 16:1-9 menceritakan seorang kaya yang memiliki manajer yang telah menyia-nyiakan hartanya. Lukas 18:1-8 mencatat ten tang seorang hakim yang menjalankan keadilan setelah mendengarkan permohonan yang terus menerus dari seorang janda. Kehistorisan dari cerita-cerita ini tidak dipermasalahkan, karena yang penting bukan apakah peristiwa itu benar-benar terjadi atau tidak, tetapi yang penting adalah kebenaran yang terkandung di dalam cerita itu.

3. Ilustrasi. Cerita-cerita ilustrasi yang muncul di Injil Lukas biasanya dikategorikan sebagai cerita-cerita contoh. Perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:30-37); perumpamaan orang kaya yang bodoh (Lukas 12:16-21); perumpamaan orang kay a dan Lazarus (Lukas 16:19-31); dan perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai (Lukas 18:9-14) termasuk dalam kategori ini. Pola dari ilustrasi-ilustrasi tersebut berbeda dari perumpamaan berupa cerita. Perumpamaan berupa cerita merupakan sebuah analogi, sedangkan ilustrasi memperlihatkan contoh-contoh yang harus ditiru atau yang harus dihindari. Ilustrasi langsung dipusatkan pada karakter dan tingkah laku seseorang, sedangkan perumpamaan berupa cerita juga melakukan hal itu hanya tidak secara langsung.


Mengkategorikan perumpamaan bukan merupakan hal yang sederhana. Beberapa perumpamaan menunjukkan karakteristik dari dua kategori, yaitu perumpamaan berupa kisah nyata dan perumpamaan berupa cerita, sehingga dimungkinkan untuk dimasukkan ke dalam kedua kategori di atas. Injil juga berisi banyak perkataan-perkataan parabol. Sulit untuk menentukan secara tepat bagian mana dari perkataan Yesus yang termasuk kategori perumpamaan berupa kisah nyata dan bagian yang mana merupakan perkataan parabola. Pengajaran Yesus tentang ragi (Lukas 13:20,21) diklasifikasikan sebagai perumpamaan berupa kisah nyata, tetapi pengajaran-Nya yang lebih panjang tentang garam (Lukas 14:34, 35) disebut sebagai perkataan parabol. Selain itu ada beberapa perkataan Yesus dinyatakan sebagai perumpamaan. Contohnya, "Yesus menceritakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: " Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang?" (Lukas 6:39).

Apakah perbedaan perumpamaan dengan alegori? John Bunyan dalam bukunya Pilgrim's Progress memberikan sebuah alegori ten tang perjalanan hidup orang Kristen. Nama-nama dan peristiwa-peristiwa di dalam buku itu adalah pengganti dari siapa dan apa yang ada dalam kenyataan. Setiap fakta, gambaran, dan nama adalah simbolis, dan harus diterjemahkan bagian demi bagian ke dalam kehidupan nyata supaya bisa dimengerti dengan benar. Sedangkan, sebuah perumpamaan benar terjadi dalam kehidupan dan umumnya mengajarkan hanya satu prinsip kebenaran. Dalam perumpamaan, Yesus menggunakan banyak gaya bahasa metafora, misalnya raja, hamba, perawan. Kata-kata metafora itu tidak pernah terlepas dari realita atau tidak pernah berhubungan dengan dunia fantasi atau fiksi. Cerita-cerita dan contoh-contoh itu diambil dari dunia di mana Yesus hidup. Perumpamaan diceritakan untuk menyampaikan kebenaran rohani dengan memakai satu bagian dari perumpamaan itu sebagai bahan perbandingan. Rincian dari cerita mendukung berita yang terkandung dalam perumpamaan yang disampaikan. Perumpamaan-perumpamaan tidak boleh dianalisa bagian demi bagian dan ditafsirkan secara alegoris, sebab hal itu akan mengakibatkan hilangnya signifikansi dari perumpamaan itu.



Komposisi


Meskipun secara umum benar bahwa sebuah perumpamaan mengajarkan hanya satu prinsip kebenaran, namun peraturan ini jangan ditekankan terlalu jauh. Beberapa perumpamaan Yesus mempunyai komposisi yang kompleks. Perumpamaan tentang penabur merupakan satu komposisi yang terdiri dari empat bagian, dan masing-masing bagian memerlukan sebuah penafsiran. Demikian juga, perumpamaan tentang pesta pernikahan bukan merupakan cerita tunggal, tetapi mempunyai bagian tambahan tentang seorang tamu yang tidak memakai pakaian pesta yang selayaknya. Dan kesimpulan dari perumpamaan tentang penyewa beralih dari perumpamaan kebun anggur ke perumpamaan tentang pembangunan. Kesadaran akan adanya kekompleksan ini, maka seorang pengeksegesis yang bijaksana tidak akan memaksakan untuk memakai metode penafsiran satu prinsip kebenaran.

Pada waktu kita membaca perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus, kita dapat bertanya mengapa banyak rincian yang seharusnya menjadi bagian dari cerita itu yang tidak diceritakan. Contohnya, dalam kisah ten tang seorang ternan yang mengetuk pintu tetangganya di tengah malam meminta tiga ketul roti, istri tetangga itu tidak disebutkan. Dalam perumpamaan tentang anak yang hilang, ayahnya adalah tokoh utama dalam kisah ini, tetapi tidak satu kata pun menyebutkan ten tang ibunya. Perumpamaan tentang sepuluh gadis hanya menyebutkan pengantin laki-laki, dan sarna sekali tidak menyebut tentang pengantin perempuan. Rupanya rincian-rincian ini tidak relevan untuk komposisi yang biasa digunakan dalam perumpamaan Yesus, khususnya jika kita mengerti gaya bahasa tiga serangkai yang sering digunakan di dalam perumpamaan Yesus. Di dalam perumpamaan tentang teman di tengah malam, terdapat tiga karakter: musafir, teman dan tetangga. Perumpamaan anak yang hilang juga terdiri dari tiga orang: ayah, anak bungsu, anak sulung. Dan dalam kisah sepuluh gadis terdapat tiga elemen: lima gadis bijaksana, lima gadis bodoh dan pengantin laki-laki.

Selain itu, di dalam perumpamaan-perumpamaan Yesus yang penting bukan awal cerita tetapi akhir cerita. Penekanannya jatuh pada orang, perbuatan dan perkataan yang terakhir disebutkan. Sebutan "tekanan terakhir" di dalam perumpamaan adalah sebuah pola yang sengaja dibuat di dalam komposisinya[3]. Orang yang terluka itu bukan dibantu oleh ahli Taurat atau orang Lewi, tetapi oleh orang Samaria. Meskipun hamba yang mendapatkan tambahan lima talenta dan hamba yang menghadiahkan dua talenta kepada tuannya menerima pujian dan rekomendasi, tekanan dari kisah ini adalah pada perbuatan hamba yang menguburkan talenta satu-satunya di dalam tanah yang menyebabkan dia mendapatkan murka dan hukuman. Dan di dalam perumpamaan pemilik tanah yang sepanjang hari mempekerjakan orang-orang di kebun anggurnya dan pada pukul enam dia mendengar keluhan dari beberapa pekerja, penekanan yang penting adalah jawaban pemilik tanah: "Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau ... Atau iri hatikah engkau, karen aku murah hati?" (Matius 20:13, 15).

Seni menyusun dan menceritakan perumpamaan yang didemonstrasikan oleh Yesus tidak ditemukan persamaannya di dalam literatur. Perumpamaan yang mirip dengan perumpamaan Yesus yaitu perumpamaan rabi-rabi kuno di abad pertama dan kedua pada zaman kekristenan. Perumpamaan-perumpamaan rabinik biasanya diperkenalkan dengan formula sebagai berikut: "Sebuah perumpamaan: hal ini dapat diumpamakan sebagai?" Juga, dalam beberapa perumpamaan alat-alat literatur yang digunakan adalah tiga serangkai dan tekanan akhir. Contohnya:

Sebuah perumpamaan: hal ini dapat diumpamakan sebagai? Ada seorang pria yang sedang mengadakan perjalanan dan dia bertemu dengan seek or serigala dan dia berhasil melarikan diri dari serigala itu, dan dia melanjutkan perjalanan sambil terus mengingat pen gala man dia bersama serigala itu. Kemudian dia bertemu dengan seekor singa dan berhasil lolos dari singa itu, dan dia melanjutkan perjalanan sambil terus mengingat pengalaman dia dengan singa itu. Kemudian dia bertemu dengan seekor ular dan berhasil lolos dari ular itu, dan dia melupakan dua peristiwa sebelumnya dan dia melanjutkan perjalanan dengan hanya mengingat pengalamannya dengan ular itu. Demikian pula halnya dengan bangsa Israel: kesulitan yang yang terjadi kemudian membuat mereka melupakan kesulitan-kesulitan sebelumnya.[4]

Namun demikian, kemiripan antara perumpamaan Yesus dan perumpamaan rabi hanya bersifat formal. Perumpamaan rabinik biasanya diperkenalkan untuk menjelaskan Hukum Taurat, ayat-ayat Alkitab atau sebuah doktrin. Perumpamaan-perumpamaan rabi tidak digunakan untuk mengajarkan kebenaran-kebenaran baru seperti perumpamaan Yesus. Yes us memakai perumpamaan untuk menjelaskan tema besar dari pengajaran-Nya: Kerajaan Surga; kasih; anugerah; dan kemurahan Allah; pemerintahan dan kedatangan kembali Anak Allah; keberadaan dan akhir nasib dari manusia.[5] Perumpamaan-perumpamaan rabi tidak mengajarkan sesuatu di luar aplikasi Hukum Taurat, sedangkan perumpamaan Yesus merupakan bagian dari wahyu Allah untuk manusia. Di dalam perumpamaan-perumpamaan-Nya Yesus mewahyukan kebenaran-kebenaran baru, karena Dia diperintahkan Allah untuk menyatakan kehendak dan Firman Allah. Oleh karena itu, perumpamaan-perumpamaan Yesus adalah wahyu Allah, sedangkan perumpamaan-perumpamaan rabi bukan wahyu Allah.



Tujuan


Perumpamaan-perumpamaan Yesus menunjukkan bahwa Yesus sepenuhnya mengenal keragaman seluk beluk kehidupan manusia. Dia mempunyai pengetahuan ten tang pertanian, menabur benih, mendeteksi lalang dan penuaian. Dia sangat mengenal tentang seluk beluk kebun anggur, sehingga Dia mengetahui saat memetik buah anggur dan buah ara, dan mengetahui upah yang harus dibayar untuk sehari bekerja. Dia bukan hanya mengenal kehidupan sehari-hari petani, nelayan, tukang bangunan, dan pedagang, tetapi Dia juga sangat mengenal seluk-beluk pengelola perumahan, menteri-menteri keuangan di pengadilan kerajaan, hakim di pengadilan hukum, orang-orang Farisi, dan para pemungut cukai. Dia mengerti kemiskinan Lazarus, namun demikian Dia juga diundang untuk makan malam bersama orang kaya. Perumpamaan-Nya menggambarkan kehidupan kaum lelaki, wanita dan anak-anak, miskin dan kaya, yang terbuang dan yang terhormat. Karena pengenalan-Nya yang luas akan kehidupan manusia, maka Dia dapat me lay ani semua strata so sial. Dia berbicara sesuai dengan bahasa mereka dan mengajar sesuai dengan keberadaan mereka. Yesus menggunakan perumpamaan-perumpamaan supaya pesan-Nya dapat diterima oleh para pendengar. Ia juga menggunakannya untuk mengajar Firman Tuhan kepada orang banyak, untuk memanggil pendengar-Nya bertobat dan beriman, untuk menan tang orang-orang percaya supaya mempraktekkan perkataan mereka di dalam perbuatan, dan untuk mengingatkan pengikut-Nya supaya waspada.

Yesus mengajarkan perumpamaan untuk mengkomunikasikan pesan keselamatan dengan cara yang jelas dan sederhana. Pendengar-Nya dapat mengerti dengan mudah kisah tentang anak yang hilang, dua orang yang mempunyai hutang, perjamuan makan yang besar, serta kisah tentang orang Farisi dan pemungut cukai. Di dalam perumpamaan, mereka bertemu Yesus sebagai Kristus, yang mengajar dengan otoritas tentang berita penebusan Allah yang didasarkan pada kasih-Nya.

Dari catatan Injil, kelihatannya penafsiran terhadap perumpamaan-perumpamaan itu hanya diberikan kepada murid-murid Yesus. Yesus berkata kepada mereka, "Rahasia Kerajaan Allah telah diberikan kepadamu. Tetapi untuk orang luar segala sesuatu disampaikan dalam bentuk perumpamaan supaya,

Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, Sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti,
Supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun!" (Markus 4:11,12).

Apakah ini berarti bahwa Yesus yang diutus oleh Allah untuk memberitakan pembebasan bagi orang berdosa yang telah jatuh, menyembunyikan pesan ini dalam bentuk perumpamaan-perumpamaan yang tidak dapat dipahami? Apakah perumpamaan-perumpamaan itu semacam teka-teki yang dimengerti hanya oleh mereka yang dipilih?

Kata-kata di dalam Injil Markus 4:11, 12 perlu dimengerti dalam konteks yang lebih luas sesuai dengan maksud dari penulis[6]. Di dalam bab sebelumnya, Markus menjelaskan ten tang pertemuan Yesus dengan orang-orang yang secara terang-terangan tidak percaya dan melawan Dia. Dia dituduh kerasukan Beelzebul dan Dia mengusir setan dengan kuasa dari penghulu setan (Markus 3:22). Yesus mengkontraskan an tara orang-orang percaya dan orang-orang tidak percaya, an tara pengikut dan penentang, an tara penerima dan penolak dari wahyu Allah. Mereka yang melakukan kehendak Allah menerima berita dari perumpamaan-perumpamaan itu, karena mereka masuk di dalam keluarga Yesus (Markus 3:35). Mereka yang berusaha untuk menghancurkan Yesus (Mrk 3:6) telah mengeraskan hatinya terhadap pengetahuan akan keselamatan. Hal ini merupakan masalah iman dan ketidak-percayaan. Orang-orang percaya mendengar perumpamaan, dan menerimanya dengan iman dan mengerti, meskipun pemahaman mereka secara penuh terjadi melalui sebuah proses. Orang-orang tidak percaya menolak perumpamaan karena bertentangan dengan pemikiran mereka[7]. Mereka menolak menangkap dan mengerti kebenaran Allah. Oleh karena mata mereka yang buta dan telinga mereka yang tuli, mereka menarik diri dari keselamatan yang Yesus beritakan, dan membawa diri mereka ke bawah penghukuman Allah.

Tidak mengherankan kalau pada mulanya murid-murid Yesus tidak mengerti sepenuhnya perumpamaan tentang penabur (Markus 4:13). Pengikut-pengikut-Nya yang dekat dibingungkan oleh pengajaran perumpamaan ini karena mereka belum melihat signifikansi pribadi dan pelayanan Yesus dalam hubungannya dengan kebenaran Allah yang dinyatakan melalui perumpamaan. Hanya karen a iman mereka dapat melihat kebenaran yang disaksikan oleh perumpamaan-perumpamaan itu[8]. Yesus memberikan penafsiran yang komprehensif untuk perumpamaan ten tang penabur dan perumpamaan gandum dan lalang. (Di bagian lain Dia kadang-kadang menambahkan klarifikasi dalam kesimpulan.) Murid-murid diberikan penjelasan tentang hubungan an tara kejadian-kejadian yang digambar kan oleh Yesus dalam perumpamaan seorang penabur dengan perumpamaan tentang Kerajaan Surga yang datang dalam pribadi Yesus, sang Mesias[9].



Penafsiran


Di gereja mula-mula, bapak-bapak gereja mulai mencari arti yang tersembunyi dari kedatangan Yesus di kitab sud Perjanjian Lama. Sebagai konsekuensi logis dari trend di atas, bapak-bapak gereja mulai menemukan arti tersembunyi di dalam perumpamaan-perumpamaan Yesus. Mungkin mereka dipengaruhi oleh apologetika orang-orang Yahudi dalam hal mengganti kesederhanaan Alkitab dengan spekulasi-spekulasi yang kabur. Dalam beberapa kejadian, hasil penafsiran terhadap perumpamaan-perumpamaan itu bersifat alegoris. Sehingga dari zaman bapak-bapak gereja sampai pertengahan abad ke sembilan belas, kebanyakan pengeksegesis menafsirkan perumpamaan secara alegoris.
Contohnya, Origen percaya bahwa perumpamaan tentang sepuluh gadis dipenuhi dengan simbol-simbol yang tersembunyi. Origen mengatakan bahwa semua gadis-gadis itu adalah orang-orang yang telah menerima Firman Allah. Gadis-gadis yang bijaksana percaya dan hidup di dalam kehidupan yang benar; gadis-gadis yang bodoh juga percaya tetapi tidak hidup berdasarkan kepercayaannya. Lima lampu darigadis yang bijaksana melambangkan lima pancaindra yang kesemuanya dipelihara untuk penggunaan yang tepat. Lima lampu dari gadis yang bodoh gagal memberikan terang dan keluar menuju kegelapan dunia. Minyak melambangkan pengajaran firman Tuhan, dan penjual minyak itu melambangkan guru. Harga min yak yang mereka minta itu adalah ketekunan. Tengah malam adalah lambang kelalaian. Tangisan kerasberasal dari malaikat-malaikat yang membangunkan semua manusia. Dan pengantin laki-laki adalah Kristus yang datang menemui pengantin perempuan yaitu gereja. Demikianlah Origen menafsirkan perumpamaan tersebut.

Para komentator abad ke sembilan belas masih mengidentifikasi rincian secara individu dari sebuah perumpamaan. Dalam perumpamaan sepuluh gadis, lampu yang menyala melambangkan pekerjaan baik dan minyak melambangkan iman orang percaya. Komentator lain melihat minyak sebagai simbol yang merepresentasikan Roh Kudus.

Namun tidak semua pengeksegesis perumpamaan mengambil jalur alegoris. Pada zaman reformasi, Martin Luther mencoba mengubah arah penafsiran Alkitab. Dia memilih metode eksegesis alkitabiah yang memperhitungkan latar belakang historis dan struktur gramatikal dari sebuah perumpamaan. John Calvin lebih tegas dalam sikapnya terhadap penafsiran secara alegoris. Dia sarna sekali menghindari penafsiran perumpamaan secara alegoris, dan dalam penafsiran dia secara langsung berusaha untuk mencari pokok utama dari pengajaran perumpamaan itu. Bila dia sudah mengetahui dengan pasti arti dari perumpamaan itu, dia tidak peduli dengan rincian-rinciannya. Calvin berpendapat bahwa rincian tidak ada kaitannya dengan tujuan pengajaran Yesus dalam perumpamaan yang diberikan-Nya.

Setelah pertengahan abad ke sembilan belas, C.E. van Koetsveld, seorang sarjana Belanda, memberikan dorongan untuk pendekatan yang diprakarsai oleh para reformis. Dia menjelaskan bahwa penafsiran sebuah perumpamaan secara alegoris yang berlebihan dari beberapa komentator cenderung mengaburkan dan bukan memperjelas pengajaran Yesus[10]. Seorang pengeksegesis, untuk bisa menafsirkan sebuah perumpamaan dengan tepat, harus memegang arti dasarnya dan bisa membedakan antara mana yang dianggap esensial dan mana yang tidak. Van Koetsveld dilanjutkan oleh seorang teolog Jerman A. Jülicher di dalam pendekatannya terhadap perumpamaan-perumpamaan itu. Jiilicher menyatakan bahwa istilah perumpamaan seringkali digunakan oleh para penginjil, namun kata alegori tidak pernah ditemukan di dalam catatan Injil mereka[11].

Di akhir abad ke sembilan bel as, belenggu alegoris yang mengikat penafsiran perumpamaan dipatahkan dan sebuah era baru dalam penelitian perumpamaan muncul[12]. Jülicher melihat Yesus sebagai guru dari prinsip-prinsip moral, C.H. Dodd memandang Yesus sebagai pribadi historis yang dinamis yang dengan pengajaran-Nya menimbulkan masa krisis. Dodd mengatakan, "Tugas seorang pengeksegesis perumpamaan, kalau ia dapat, adalah menemukan latar belakang sebuah perumpamaan di dalam situasi yang dimaksudkan oleh Injil"[13]. Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Allah, Anak manusia, pengadilan, berkat telah memasuki situasi historis pada waktu itu. Menurut Dodd, kerajaan itu bagi Yesus berarti pemerintahan Allah yang ditunjukkan di dalam pelayanan-Nya. Karena itu, perumpamaan-perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus harus dimengerti memiliki hubungan langsung dengan situasi nyata berkaitan dengan pemerintahan Allah di dunia.

J. Jeremias melanjutkan karya Dodd. Dia juga mengharapkan bisa menemukan pengajaran parabolik yang kembali kepada Yesus sendiri. Tetapi, Jeremias mulai mencatat perkembangan historis dari perumpamaan-perumpamaan itu, dan dia percaya terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama menyinggung situasi nyata dari pelayanan Yesus, dan tahap yang kedua adalah refleksi dari cara perumpamaan-perumpamaan itu digunakan oleh gereja Kristen mula-mula. Tugas Jeremias sendiri adalah menggali kembali ben tuk asli dari perumpamaan-perumpamaan itu supaya dapat mendengar suara Yesus[14]. Dengan pengetahuannya yang mendalam ten tang tanah, kebudayaan, adat, bangsa, dan bahasa Israel, Jeremias dapat mengumpulkan kekayaan informasi dan menjadikan karyanya sebagai salah satu buku perumpamaan yang paling berpengaruh.
Meskipun begitu, pertanyaan yang dapat diajukan adalah apakah bentuk aslinya dapat dipisahkan dari konteks historis tanpa jatuh pada penebakan. Sebaliknya, seseorang bisa juga mengambil sebuah teks tentang perumpamaan dan menerimanya sebagai presentasi yang benar dari pengajaran Yesus, yaitu teks Alkitab yang telah diberikan oleh para penginjil kepada kita yang merefleksikan konteks historis dari asal mula perumpamaan-perumpamaan itu diajarkan. Kita harus bergantung kepada teks yang telah kita terima, dan kita menerima perumpamaan-perumpamaan itu beserta latar belakang historisnya. Hal ini memang menuntut suatu kepercayaan, yaitu bahwa para penginjil di dalam mencatat perumpamaan-perumpamaan itu memahami tujuan Yesus mengajarkan perumpamaan-perumpamaan itu sesuai latar belakang yang mereka uraikan[15]. Pada saat perumpamaan-perumpamaan itu dicatat, saksi mata dan pelayan-pelayan Firman meneruskan tradisi lisan dari kata-kata dan perbuatan Yesus (Lukas 1:1, 2). Sehubungan dengan saksi mata inilah, kita bisa diyakinkan bahwa konteks di mana perumpamaan-perumpamaan itu dituliskan menunjuk kepada waktu, tempat, keadaan pada saat Yesus pertama kali mengajarkan perumpamaan-perumpamaan itu.

Akhir-akhir ini, wakil-wakil dari sebuah sekolah hermeneutik yang baru secara bertahap semakin mengeluarkan perumpamaan-perumpamaan itu dari latar belakang historisnya ke penekanan literatur yang lebih luas yang berkisar pada struktur eksistensialnya[16]. Para sarjana itu memperlakukan perumpamaan-perumpamaan itu sebagai literatur eksistensial, dengan cara mengeluarkan perumpamaan-perumpamaan itu dari konteks historisnya dan mengganti arti aslinya dengan pesan zaman sekarang. Mereka menyangkal bahwa arti dari sebuah perumpamaan dapat ditemukan di dalam kehidupan dan pelayanan Yesus[17]. Mereka tidak tertarik kepada sumber dan latar belakang perumpamaan itu, tetapi lebih tertarik kepada bentuk literatur dan penafsiran eksistensialnya[18]. Bagi mereka struktur literatur dari perumpamaan itu penting karena struktur itu membawa manusia modern kepada momen keputusan, di mana dia harus menerima atau menolak tantangan yang ada di hadapannya.

Telah disetujui bahwa perumpamaan-perumpamaan itu mengajak manusia untuk bertindak. Pada bagian aplikasi dari perumpamaan orang Samaria yang baik hati, ahli Taurat yang bertanya kepada Yesus diperintahkan, "Pergi dan perbuatlah demikian" (Luk 10:37). Meskipun demikian, eksistensialis di dalam menafsirkan perumpamaan itu mementingkan bentuk imperatif dan mengabaikan bentuk indikatif dari perumpamaan itu. Dia memisahkan perkataan Yesus dari latar belakang budayanya sehingga menghilangkan kuasa dan otoritas yang diberikan oleh Yesus dalam perumpamaan-perumpamaan itu.

Lagipula, oleh karena eksistensialis hanya melihat struktur literatur dari perumpamaan itu dan memisahkan perumpamaan itu dari konteks historisnya, maka eksistensialis harus memberikan konteks baru kepada perumpamaan-perumpamaan itu. Jadi dia menempatkan perumpamaan-perumpamaan itu di dalam konteks zaman sekarang. Metode ini tidak dapat disebut eksegesis, karena filsafat eksistensial dimasukkan ke dalam teks Alkitab. Ini adalah eisegesis bukan eksegesis. Sayangnya, orang Kristen awam yang mencari bimbingan ke wakil-wakil sekolah hermeneutik baru untuk memahami perumpamaan-perumpamaan ini pertama-tama harus belajar filsafat eksistensial, teologi neoliberal dan gaya bahasa literatur ten tang strukturialisme sebelum dia mendapatkan keuntungan dari pandangan mereka.



Prinsip-prinsip


Menafsirkan perumpamaan tidak memerlukan latihan teologi dan filsafat yang mendalam. Pengeksegesis harus memahami beberapa prinsip dasar penafsiran. Prinsip-prinsip tersebut berhubungan dengan sejarah, tata bahasa, dan teologi teks Alkitab. Sedapat mungkin pengeksegesis hams belajar konteks historis dari perumpamaan. Studi ini meliputi analisa rind dari keadaan religius, sosial, politik dan geografis yang dinyatakan dalam perumpamaan. Misalnya, latar belakang perumpamaan orang Samaria yang baik hati menuntut pengenalan ten tang peraturan religius bagi seorang rohaniwan pada waktu itu. Seorang ahli Taurat datang kepada Yesus menanyakan apa yang harus dia lakukan untuk mewarisi kehidupan kekal, cetus an percakapan ini yang menimbulkan kisah orang Samaria yang baik hati.

Berkenaan dengan perumpamaan orang Samaria yang baik hati, pengeksegesis seharusnya memahami asal, status dan agama orang Samaria tersebut; fungsi, kantor, dan tempat tinggal ahli Taurat dan orang Lewi; topografi wilayah antara Yerusalem dan Yerikho; konsep orang Yahudi tentang hidup bertetangga. Dengan memperhatikan konteks historis perumpamaan itu, pengeksegesis bisa melihat alasan Yesus mengajarkan cerita-Nya dan dia mempelajari tujuan pengajaran Yesus yang terkandung dalam perumpamaan itu[19].

Kedua, pengeksegesis harus memberi perhatian kepada literatur dan susunan gramatikal dari perumpamaan itu. Bentuk dan tensa yang dipakai oleh penulis Injil itu sangatlah penting, karen a akan memberi penerang atas pengajaran pokok dari kisah tersebut. Studi kata d alam konteks Alkitab maupun dalam penulisan ekstra kanonikal merupakan bagian yang penting dalam proses menafsirkan perumpamaan. Jadi, studi kata sesama di dalam konteks perintah, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri," seperti diberikan di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, terbukti menjadi studi yang bermanfaat. Pengeksegesis juga perlu untuk melihat pendahuluan dan kesimpulan dari perumpamaan itu, karena keduanya mungkin berisi bagian literatur seperti pertanyaan retorik, nasihat, atau sebuah perintah. Perumpamaan orang Samaria yang baik hati disimpulkan dengan sebuah perintah, "Pergi dan perbuatlah demikian" (Lukas 10:37). Ahli Taurat yang bertanya kepada Yesus tentang mewarisi kehidupan kekal tidak bisa lari dari perintah untuk mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Pendahuluan, dan khususnya kesimpulan, berisi tuntunan yang membantu pengeksegesis dalam menemukan bagian pokok dari perumpamaan itu.

Ketiga, bagian pokok dari perumpamaan yang diberikan harus diperiksa secara teologis berdasarkan seluruh pengajaran Yesus dan seluruh Kitab Suci[20]. Bila pengajaran dasar perumpamaan itu telah digali secara penuh dan dimengerti secara benar, kesatuan Kitab Sud terekspresikan, arti yang tepat dari perikop itu dapat dikembangkan dalam semua kesederhanaan dan kejelasannya.

Akhirnya, penafsir perumpamaan harus menerjemahkan artinya ke dalam istilah-istilah yang relevan dengan kebutuhan sekarang. Tugasnya adalah untuk mengaplikasikan pengajaran pokok sebuah perumpamaan ke dalam situasi kehidupan dari orang yang mendengar penafsirannya. Dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati, perintah untuk mengasihi sesamanya menjadi berarti ketika orang yang dirampok dan terluka sepanjang jalan Yerikho bulan lagi hanya sebagai sebuah gambaran di masa lampau. Sesama yang perlu dikasihi oleh kita adalah para tunawisma, orang miskin, dan pengungsi. Mereka bertemu dengan kita di jalan Yerikho yang dimuat di dalam surat kabar setiap hari dan dalam acara berita malam di TV.



Klasifikasi


Perumpamaan-perumpamaan Yesus dapat dikelompokkan dan diklasifikasikan dalam banyak cara. Perumpamaan tentang penabur, benih yang tumbuh dengan tersembunyi, gandum dan lalang, pohon ara yang tidak berbuah, pohon ara yang berserni termasuk ke dalam perumpamaan natur. Beberapa perumpamaan yang Yesus ceritakan berhubungan dengan pekerjaan dan upah. Beberapa di antaranya adalah perumpamaan pekerja di kebun anggur, penyewa, dan bendahara yang tidak jujur. Perumpamaan yang lain bertemakan pernikahan, dan perayaan-perayaan. Termasuk ke dalamnya adalah perumpamaan tentang anak-anak yang bermain di pasar, sepuluh gadis, perjamuan besar dan pesta perkawinan. Perumpamaan lain menunjuk pada tema umum mengenai yang hilang dan yang ditemukan kembali. Perumpamaan ten tang domba yang hilang, dirham yang hilang, dan anak yang hilang termasuk ke dalam kelompok ini.

Tetapi pengkategorian perumpamaan-perumpamaan itu tidak selalu pasti. Apakah perumpamaan tentang jala ikan termasuk kategori perumpamaan natur atau termasuk kelompok perumpamaan tentang pekerja dan upah? Dan kategori apa yang cocok untuk perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati? Mudah untuk melihat bahwa dalam mengelompokkan perumpamaan-perumpamaan itu bisa dimasukkan ke mana saja dan pada saat tertentu sepertinya dipaksakan.

Injil Sinopsis menyajikan perumpamaan-perumpamaan yang terdapat juga di dalam dua atau sering kali tiga Injil, namun ada juga perumpamaan-perumpamaan yang hanya terdapat dalam satu Injil. Injil Markus hanya mempunyai satu perumpamaan khusus bagi Injilnya (benih yang tumbuh tersembunyi), Injil Matius dan Lukas berisi beberapa perumpamaan khusus. Di dalam presentasi saya tentang perumpamaan, saya mengikuti urutan Injil yaitu pertama-tama mendiskusikan perumpamaan dari Injil Matius, dengan satu perumpamaan yang khusus yang diambil dari Injil Markus secara berurutan yaitu perumpamaan tentang penabur dan perumpamaan ten tang gandum dan lalang, kemudian satu perumpamaan yang diambil dari Injil Lukas. Di dalam perumpamaan yang terdapat juga dalam Injil yang lain, diambil perumpamaan yang hampir sama dari urutan Injil Matius, Markus dan Lukas. Prosedur ini diberlakukan untuk membantu pembaca yang ingin melakukan penelitian berdasarkan keparalelan sinoptik. Contohnya, karya K. Aland yang berjudul Synopsis of the Four Gospels. [21] Di dalam studinya ten tang perumpamaan-perumpamaan, referensi dalam bahasa Yunani dan Ibrani jarang digunakan. Kalau referensi dalam kedua bahasa itu muncul, referensi itu diberi bentuk salinan huruf ke huruf abjad yang lain dan terjemahannya disertakan juga. Alkitab bahasa Inggris yang menggunakan cara ini adalah New International Version (dengan seijin dari Executive Committee). Keuntungan bagi pembaca adalah teks NIV dicetak penuh di bagian permulaan tiap-tiap perumpamaan. Perumpamaan-perumpamaan itu memiliki pararel di dalam ketiga Injil Sinopsis yang diberikan secara berurutan Matius, Markus dan Lukas. Empat puluh perumpamaan dan ucapan-ucapan parabolis didiskusikan di dalam buku ini. Semua perumpamaan pokok dan bagian yang lebih besar dari ucapan-ucapan parabolis didaftar di dalam buku ini. Tentu saja, ucapan-ucapan itu harus diseleksi, sehingga perumpamaan ten tang garam dimasukkan dan perumpamaan ten tang terang dihilangkan. Hanya ucapan-ucapan parabolis dari Injil Sinopsis yang sudah diteliti, Injil Yohanes belum diteliti.

Literatur ten tang perumpamaan sangat banyak, seperti suatu aliran buku-buku dan artikel-artikel yang tidak berhenti. Akhir-akhir ini, hampir tidak ada perumpamaan yang diabaikan oleh sarjana-sarjana. Pandangan baru dari studi ten tang kebudayaan dan hukum Yahudi menjadi sangat berharga untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang pengajaran Yesus. Tujuan dari buku ini adalah untuk mempresentasikan dengan penjelasan yang cukup dan kontemporer kepada orang percaya yang mau belajar Alkitab dengan serius dan pendeta, ten tang perumpamaan tanpa hams dibingungkan oleh semua rinciannya. Catatan kaki dan bibliografi yang telah diseleksi akan membantu para teolog yang ingin studi lebih lanjut tentang perumpamaan-perumpamaan Yesus secara lebih intensif. Dengan materi bibliografi dan indeks yang demikian, dia akan mendapatkan jalan masuk kepada literatur yang tersedia tentang perumpamaan-perumpamaan Yesus.



Catatan :

[1] R. Schippers, "The Mashal-character of the Parable of the Pearl," dalam Studia Evangelica, ed. F.L. Cross (Berlin: Akademie-Verlag, 1964), 2:237.

[2] 2. F. Hauck, Teological Dictionary of the New Testament, V:752.

[3] A.M. Hunter, The Parables Then and Now (London: Westminster Press, 1971), 12.

[4] I. Epstein, ed., "Seder Zeraim Berakoth 13a,"dalam The Babylonian Talmud (London: Soncino Press, 1948),73

[5] Hauck, Teological Dictionary of the New Testament, volume: 758. J. Jeremias, di dalam bukunya Die Gleichnisse Jesu edisi ke 8 (Gottingen: Vandenhoeck & Ruprecht, 1970) 8, mengatakan bahwa perumpamaan-perumpamaan Yesus mempunyai kontribusi terhadap perkembangan gaya literatur dari perumpamaan-perumpamaan rabi.

[6] J. Jeremias, The parables of Jesus (New York: Scribner, 1963), 13-18, berpendapat bahwa kata-kata Yesus telah diletakkan secara salah dan berasal dari tradisi lain; kata-kata itu pasti ditafsirkan tanpa referensi dari konteks Injil Markus 4. Menurut Jeremias, penulis memasukkan perikop dari tradisi lain karena slogan parable (perumpamaan) asal mulanya berarti riddle (teka-teki), Jadi Jeremias menganggap ada dua arti untuk kata parable di dalam Markus 4, yaitu perumpamaan yang benar dan arti lain adalah teka-teki. Tetapi peraturan penafsiran, tidak mendukung penafsiran Jeremias, karena selain penginjil menunjukkan perbedaan dalam mengerti sebuah kata, juga harus mennyimpan arti yang sarna di seluruh perikop.

[7] W. Lane, The Gospel According to Mark (Grand Rapids: Eerdmans. 1974), 158; W. Hendriksen, Gospel of Mark (Grand Rapids: Baker Book House, 1975), 145; H.N. Ridderbos, The Coming of the Kingdom (Philadelphia: Presbyterian & Reformed, 1962),124.

[8] C.E.B. Cranfield, "St. Mark 4:1-34," Scot JT 4 (1951): 407.

[9] Lane, Mark, 160.


[10] CE. van Koetsveld, De Gelijkenissen van den Zaligmaker (Schoonhoven, 1869), volume 1,2.

[11] A. Jülicher, Die Gleichnisreden Jesu (Tubingen: Buchgesellschaft, 1963), volume 1, 2.

[12] Tanyakan ke karya studi yang menarik dari M Black, "The Parables of Allegory" dalam BJRL 42 (1960): 273-87; RE Brown, "Parable and Allegory Reconsidered" dalam NTS 5 (1962) : 36-45

[13] C.H. Dodd, The Parables of the Kingdom (London: Nesbit and Co., 1935),26.

[14] Jeremias, Parables, 113, 114.

[15] A.M. Brower, De Gelijkenissen (Leiden: Brill, 1946), 247; G.V. Jones, The Art and Truth of the Parables (London: S.P.C.K., 1964),38.

[16] M.A. Tolbert, Perspectives on the Parables (Philadelphia: Fortress Press, 1979),20.

[17] D.O. Via, Jr., dalam bukunya "A Response to Crossan, Funk, and Peterson," dalam Semeia 1 (1974): 222, menyatakan, "Saya sama sekali tidak tertarik bahkan kepada Pribadi Jesus di dalam sejarah."

[18] J.D. Crossan, dalam bukunya "The Good Samaritan: Towards a Generic Definition of Parable," dalam Semeia 2 (1974): 101, kelihatannya menunjukkan bahwa sebuah dalil yang menarik itu lebih penting daripada sebuah dalil yang benar.

[19] L. Berkhof, Principles of Biblicallnterpretation (Grand Rapids: Baker Book House, 1952),100.

[20] A.B. Mickelsen, Interpreting the Bible (Grand Rapids: Eerdmans, 1963),229.

[21] K. Aland, Synopsis of the Four Gospels (Stuttgart: Wuttembergische Bibelanstalt, 1976).



Disalin dari :

Simon Kistemaker, The Parables of Jesus, 1980, ISBN 979-9532-42-6

BP
Merdeka dlm Kristus

 
Posts: 15070
Joined: Fri Jun 09, 2006 5:20 pm
Re: PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN DALAM AJARAN TUHAN YESUS KRISTUS
 by BP » Fri Oct 10, 2008 9:43 am

Kesimpulan



Perumpamaan Yesus di dalam konteks Alkitab adalah unik. Meskipun beberapa perumpamaan telah dicatat di dalam Perjanjian Lama, namun banyaknya perumpamaan dan perkataan parabolik terlihat menonjol dalam Injil. Beberapa contoh yang jelas di Perjanjian ~ama menunjukkan bahwa bercerita sudah merupakan hal yang biasa pada waktu itu. Misalnya, nabi Natan menceritakan kepada Daud. tentang orang miskin yang anak domba betinanya yang kecil d iambil dengan paksa dari dia oleh seorang yang kaya. Aplikasinya adalah "Engkaulah orang itu" merupakan aplikasi yang langsung [1]. Di dalam literatur rabinik juga, pengajaran di dalam bentuk sebuah perumpamaan sudah merupakan hal yang biasa. Bagaimanapun juga, menghubungkan lebih dari dua perumpamaan dengan satu pribadi manapun sungguh sulit [2]. Diperkirakan kira-kira sepertiga dari perintah Yesus diberikan di dalam bentuk perumpamaan. Beberapa sarjana telah menghitung perumpamaan dan kata-kata kiasan singkat, hasilnya adalah enam puluh perumpamaan [3]. Semua ini disebut perumpamaan-perumpamaan Yesus.

Sebagaimana Yohanes menulis di akhir Injilnya bahwa tidak semua yang Yesus lakukan ditulis (Yoh 21:25), maka kita bisa mengira bahwa tidak setiap perumpamaan yang diajarkan Yesus telah ditulis. Mungkin beberapa perkataan Yesus yang terdapat di dalam sumber-sumber selain di dalam kitab-kitab Perjanjian Baru juga asli [4]. Sebagaimana yang biasa dilakukan oleh guru-guru pada waktu itu, Yesus juga mengajar secara lisan dengan berulang-ulang. Sebagai seorang guru, Dia memiliki kebebasan yang penuh untuk mengajarkan perumpamaan tertentu sebanyak dua kali, dengan latar belakang yang berbeda di dalam tiap-tiap keadaan. Ketika Dia melakukan perjalanan dari Yerikho ke Yerusalem untuk merayakan Paskah untuk terakhir kalinya, Dia mengajar perumpamaan tentang uang mina dengan menempatkan perumpamaan ini di dalam latar belakang sejarah tentang Arkhelaus, yang pergi ke negeri yang jauh untuk dinobatkan sebagai raja. Beberapa hari kemudian Yesus mengajarkan murid-murid-Nya perumpamaan tentang talenta. Kedua perumpamaan ini pasti mempunyai banyak persamaan, tetapi berbeda di dalam ruang lingkup dan tujuannya.

Yesus tidak sekadar menceritakan perumpamaan; tetapi Dia menceritakan perumpamaan itu dengan baik. Kebanyakan perumpamaan itu ditandai dengan kesingkatannya, dan di dalam kesingkatannya itu perumpamaan-perumpamaan ini justru bercahaya. Yesus mengambil bahan-Nya dari berbagai macam sumber. Kadang-kadang Dia berbalik ke Perjanjian Lama - seperti yang Dia lakukan untuk perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur, Dia mengambil tema dari "Nyanyian tentang Kebun Anggur" yang dicatat di dalam Yesaya 5. Pada kesempatan lain Dia mengambil contoh-contoh secara langsung dari zaman, budaya, dan lingkungan di mana Dia hidup, misalnya perumpamaan-perumpamaan seperti penabur, pohon ara yang tidak berbuah, dan hakim yang tidak benar. Yesus juga memakai kejadian-kejadian yang dikenal oleh pendengar-Nya: seorang bangsawan yang pergi ke negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja, dan seorang yang tidak berdaya yang jatuh ke tangan perampok di sepanjang jalan ke Yerikho. Yesus adalah Guru Agung dari semua perumpamaan ini. Meskipun para penulis Injil yang menuliskannya, namun sebenarnya di dalam perumpamaan-perumpamaan ini kita dihadapkan dengan pengajaran Yesus. Perumpamaan¬perumpamaan tersebut adalah milik-Nya. Maksudnya, perumpamaan-perumpamaan itu bukan berasal dari pemikiran para penulis Injil [5], dan perumpamaan-perumpamaan itu tidak dikarang oleh komunitas Kristen mula-mula yang memerlukan sebuah kisah yang khusus untuk tujuan pengajaran doktrin [6]. Yesus adalah sumber dari perumpamaan-perumpamaan itu.

Tentu saja, para penulis Injil mencatat perumpamaan-perumpamaan Yesus, dan di dalam karya penulisan Injil, mereka menunjukkan kepribadian mereka sendiri. Perbedaan-perbedaan di dalam susunan kata di dalam cerita yang paralel dari perumpamaan-perumpamaan yang sama dengan jelas menyatakan karya dari para penulis Injil secara individual. Di samping itu, fakta bahwa Yesus mengajarkan perumpamaan-perumpamaan-Nya di dalam bahasa Aram, sedangkan Injil menulis perumpamaan-perumpamaan itu di dalam bahasa Yunani, menyatakan bahwa usaha penemuan kembali perkataan-perkataan Yesus yang semula tetap menjadi persoalan [7]. Masalah bagaimana asal mula, bukan otoritas, dari kata-kata tertentu di dalam perumpamaan yang diberikan tidak selalu mudah untuk menjawabnya. Jika sebuah perumpamaan telah dicatat oleh satu penulis Injil, keaslian dari perkataan Yesus tidak perlu diperdebatkan. Tetapi ketika sebuah perumpamaan muncul di dalam catatan-catatan Injil yang paralel dan menunjukkan variasi di dalam susunan katanya, maka masalah karya editorial dari penulis Injil secara individual nyata. Matius, Markus, dan Lukas memperlihatkan ciri-ciri dan kecenderungan-kecenderungan mereka masing-masing sebagaimana mereka mencatat perumpamaan-perumpamaan Yesus.



Ciri-ciri Umum :


Karena Injil Markus hanya menulis enam perumpamaan, kita tidak dapat mengatakan lebih banyak lagi tentang ciri-ciri Injil Markus. Dari keenam perumpamaan ini hanya satu perumpamaan yang khas di Injil Markus; yaitu perumpamaan tentang benih yang tumbuh. Perumpamaan-perumpamaan yang lain paralel dengan yang ditulis di dalam Injil Matius dan Lukas. Perumpamaan-perumpamaan itu adalah perumpamaan tentang penabur, benih sesawi, penyewa-penyewa kebun anggur, pohon ara, dan penjaga pintu. Perumpamaan tentang penjaga pintu, yang tidak dicatat di dalam Injil Matius, adalah satu-satunya perumpamaan dari keenam perumpamaan di dalam Injil Markus yang bukan merupakan perumpamaan yang berhubungan dengan alam. Dari semua perumpamaan-perumpamaan Yesus, Markus memilih lima perumpamaan yang menjelaskan pertumbuhan di dalam alam. Bukti tersebut kelihatannya menunjukkan bahwa Markus adalah seorang yang memahami kehidupan pedesaan.

Dunia yang dipaparkan Matius sangat luas yaitu mulai dari raja sampai kepada hamba. Dia mencatat perumpamaan-perumpamaan yang melukiskan bendahara, dua macam dasar, seorang petani yang mempekerjakan orang-orang upahan, penyewa-penyewa kebun, nelayan, tukang emas, seorang wanita yang membakar roti, seorang gembala, seorang ayah dan kedua anaknya, seorang pencuri, anak-anak yang sedang bermain, pengiring pengantin, dan para tamu yang diundang ke pesta perkawinan. Di dalam semua perumpamaan itu, fokusnya adalah orang [8]. Dan Matius menyatakan dirinya sebagai seseorang yang memiliki minat pada manusia.

Minat semacam ini lebih terlihat di dalam Injil Lukas [9]. Di dalam perumpamaan-perumpamaan yang khas bagi Lukas, pribadi-pribadi individual mengambil tempat utama: sahabat yang datang di tengah malam, anak yang hilang dan saudaranya dengan ayahnya, wanita yang dirhamnya hilang dan gembala yang menemukan dombanya, orang kaya dan Lazarus, janda dan hakim, orang Farisi dan pemungut cukai, dan orang Samaria yang menolong korban perampokan. Dengan menggunakan perumpamaan-perumpamaan ini, Lukas menunjukkan minat kepada orang secara individu, bahkan dalam hal mencatat nama-nama (Lazarus dan Abraham), kebangsaan (Samaria), dan pekerjaan (pemungut cukai).

Lukas kelihatannya bergerak di antara orang-orang awam, khususnya mereka yang cukupan saja keadaannya. Dua orang yang berhutang kepada lintah darat masing-masing berhutang tiga bulan gaji dan enam minggu gaji, dan masing-masing dari sepuluh hamba itu menerima jumlah yang sama yaitu tiga bulan gaji dari seorang bangsawan. Seorang petani hanya mempunyai seorang hamba, yang membajak sawahnya dan memasak makanannya. Demikian juga, orang yang menyiapkan sebuah pesta hanya mempunyai satu hamba yang mengundang para tamu dan yang membawa masuk orang-orang miskin dan lumpuh. Orang kaya di dalam perumpamaan yang ditulis oleh Lukas adalah kelas menengah ke atas [10]. Mereka adalah petani yang mendapatkan panen yang berlimpah-limpah dan harus membangun lumbung yang lebih besar untuk menyimpan hasil panennya, orang yang berpakaian ungu dan kain linen halus dan hidup di dalam kemewahan setiap hari, orang kaya yang mempunyai bendahara yang licik di mana bendahara itu mengurangi jumlah hutang dari para debitur tuannya, dan ayah yang membagi warisannya atas permintaan anak bungsunya. Di dalam perumpamaan-perumpamaan Lukas, digambarkan orang-orang awam: orang Samaria dengan keledainya, seorang pengemis yang dijilati anjing, seorang gembala dengan dombanya, wanita dan dirhamnya, janda yang mengucapkan keluhannya, dan pemungut cukai yang memukul-mukul dadanya.

Sebaliknya, beberapa perumpamaan di dalam Injil Matius menggambarkan kebesaran, kemegahan, dan kemewahan. Bendahara berhutang kepada raja sejumlah uang yang mencapai jutaan, seseorang yang mempercayakan delapan talenta kepada ketiga hambanya, seorang raja yang mengatur pesta pernikahan dengan mengutus hamba-hambanya untuk mengundang para tamu dan mengirim prajurit-prajuritnya untuk menghukum mereka ketika mereka menolak untuk datang, dan pemilik kebun anggur yang mengirim hamba-hambanya di dalam kelompok-kelompok untuk mengumpulkan hasil sewa. Matius bergerak di antara raja-raja dan para jutawan. Kebanyakan orang-orangnya adalah masyarakat lapisan atas. Perumpamaan yang lainnya seperti pedagang mutiara dan tuan yang mempercayai hambanya dengan otoritas, adalah di antara orang-orang yang kekayaannya sedang.

Di dalam pemilihan perumpamaan-perumpamaan yang khas untuk masing-masing penulis Injil, beberapa karakteristik khusus semakin terlihat. Matius memikirkan kisah-kisah yang berhubungan dengan finansial; Lukas terfokus pada orang miskin dan masyarakat dengan penghasilan rata-rata; sementara itu Markus, meskipun perumpamaannya berjumlah sedikit, menunjukkan minatnya kepada alam. Selain itu, masing-masing penulis menyusun perumpamaan sedikit banyak di dalam kelompok. Di dalam satu kelompok (Mat 13), Matius memasukkan tujuh perumpamaan, yang disusun dengan maksud tertentu. Ketujuh perumpamaan ini menyatakan pola yang terencana [11]. Sesudah perumpamaan pendahuluan tentang penabur, perumpamaan tentang gandum dan lalang dengan perumpamaan tentang pukat membentuk sebuah pasangan. Di antara keduanya, ada dua rangkai yang merupakan perumpamaan kembar: pasangan yang pertama adalah perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi, dan pasangan yang kedua adalah perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga. Dan perumpamaan-perumpamaan yang dicatat oleh Matius di dalam pasal 24 dan 25 dari Injilnya memiliki perspektif eskatologis. Perumpamaan tentang pohon ara, pencuri, hamba yang diberi dengan otoritas, gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh, talenta, dan penghakiman terakhir menunjukkan arah ini. Lukas juga telah menyusun bahannya sedemikian rupa, sehingga perkecualian perumpamaan tentang dua orang yang berhutang dan uang mina, perumpamaan-perumpamaan yang khas di Injil Lukas ditulis dalam bentuk nara si yang disebut nara si perjalanan atau sisipan terkenal dari Lukas 9:51-19:27. Dan perumpamaan tentang uang mina yang merupakan perumpamaan Lukas yang terakhir, diletakkan secara strategis sebagai bacaan yang menjembatani antara bagian perjalanan Yesus ke Yerusalem dan pelayanan Yesus di Yerusalem [12].

Beberapa perumpamaan yang telah dicatat oleh lebih dari satu penulis Injil merefleksikan situasi kehidupan di mana perumpamaan-perumpamaan itu ditulis [13]. Misalnya, pada penafsiran perumpamaan tentang penabur, secara khusus benih yang ditabur di atas tanah yang berbatu-batu, Matius dan Markus menulis, "Apabila datang penindasan dan penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad" (Mat 13:21; Mrk 4:17). Tetapi Lukas menulis: "dan dalam masa pencobaaan mereka murtad" (Luk 8:13). Masing-masing dengan caranya sendiri mengekspresikan kebenaran yang sama: dalam masa-masa yang sulit orang akan meninggalkan imannya. Demikian juga perumpamaan tentang dua macam dasar dihubungkan oleh Matius di dalam sebuah versi yang dapat dipahami orang Yahudi yang hidup di Yudea atau Galilea dan oleh Lukas di dalam sebuah versi yang sangat berarti bagi orang-orang Yunani yang tinggal di luar negeri.



Karakteristik Literatur


Gaya dari para penulis Injil tampak berbeda dalam hubungannya dengan perumpamaan-perumpamaan yang mereka catat. Sementara gaya penulisan Markus agak sederhana, Matius ditandai dengan penggunaan kekontrasan, khususnya di dalam perumpamaan yang panjang. Sebenarnya, perumpamaan-perumpamaan yang lebih panjang di dalam Injil Matius disajikan dalam karikatur hitam putih [14]. Orang-orang yang membangun rumah menempatkan rumah-rumah di atas batu atau pasir; petani menabur gandum, dan musuhnya menabur lalang di ladang yang sama; pukat menghasilkan ikan yang baik dan yang buruk; raja menunjukkan jiwa yang mengampuni tetapi bendaharanya tidak; pekerja-pekerja di kebun anggur yang dipekerjakan pertama kali menggerutu dan mereka yang dipekerjakan terakhir bersukacita; dari dua anak laki-laki hanya satu yang taat kepada bapanya; hamba yang diberi otoritas dapat menjadi hamba yang setia dan hamba yang malas; lima gadis adalah bijaksana dan lima gadis yang lain bodoh; dua hamba menggunakan talenta mereka untuk bekerja dan satu hamba menguburkan talentanya di dalam tanah; di dalam pesta pernikahan semua tamu berpakaian sesuai kecuali satu tamu yang tidak. Bahkan di dalam salah satu perumpamaan yang lebih singkat, kekontrasan itu diperlihatkan dengan jelas. Anak-anak yang bermain-main di pasar ada yang senang dan ada yang sedih. Di dalam perumpamaan-perumpamaan Matius, ada orang yang bijaksana atau bodoh, baik atau jahat, setia atau malas.

Sementara Matius mengambil gambar-gambar film hitam putih Lukas menggunakan warna. Orang-orang yang digambarkan Lukas berwarna-warni, indah dan dikembangkan dengan baik. Orang Samaria merupakan figur yang berbelas kasihan; sahabat yang mengetuk pintu tetangganya di tengah malam, dan janda yang mengadakan kunjungan ke hakim secara teratur menggambarkan seni ketekunan. Hal itu bukan berarti bahwa Lukas menghindari kekontrasan. Sebaliknya, dia meletakkan imam dan orang Lewi berbeda dengan orang Samaria; orang kaya dibandingkan dengan Lazarus; orang Farisi dikontraskan dengan pemungut cukai. Tetapi Lukas menyajikan tokoh-tokohnya dengan lebih berwarna dan lebih rinci daripada penulis Injil yang lain. Di dalam Injil Matius, orang yang baik dan yang jahat diundang ke pesta pernikahan. Di dalam penyajian Lukas tentang perumpamaan orang-orang yang berdalih, orang miskin, cacat, buta, dan orang lumpuh disambut. Di dalam perumpamaan tentang talenta, satu hamba menguburkan talentanya di dalam tanah. Di dalam penjelasan perumpamaan tentang uang mina, Lukas melukiskan satu hamba membungkus uangnya di dalam sapu tangan. Orang yang dilukiskan oleh Lukas nyata; mereka berpikir, berbicara, dan bertindak. Pedagang mutiara di dalam Injil Matius tidak termasuk sesuatu jenis tertentu dan dalam beberapa hal kelihatan tidak hidup. Orang kaya di dalam Injil Lukas yang mempergunakan hasil panen berlimpah-limpah dengan sebaik-baiknya merupakan tokoh yang hidup. Dia berbicara dengan dirinya sendiri, dia membuat rencana, dan dia siap bertindak. Pada umumnya Matius menghilangkan rincian; dia menyajikan garis besar yang sederhana. Lukaslah yang, dengan menggunakan tulisannya dengan lancar, menambah kedalaman dan dimensi untuk perumpamaan-perumpamaannya.



Karakteristik Teologis :


Di dalam perumpamaan-perumpamaan yang terdapat di dalam Injil Lukas, tema pertobatan dan keselamatan agak menonjol. Lukas menunjukkannya jauh lebih jelas dibandingkan Matius di mana Yesus memanggil orang-orang terbuang, orang miskin, orang terhilang, dan orang-orang yang dipandang hina untuk masuk ke dalam keselamatan [15].

Tema yang dicatat di dalam Injil Lukas 19:10, "Karena Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang," ditunjukkan dalam beberapa perumpamaan Lukas. Perumpamaan-perumpamaan tersebut adalah dua orang yang berhutang, domba yang hilang, dirham yang hilang, anak yang hilang, dan orang Farisi dan pemungut cukai. Perumpamaan tentang dua orang yang berhutang diceritakan sesudah peristiwa hari Sabat ketika seorang wanita berdosa masuk ke dalam rumah Simon orang Farisi. Meskipun dia dipandang hina di mata orang Farisi yang merasa benar itu, dia mendapatkan pengampunan dosa dan damai di dalam hati. Anak yang suka melawan menyadari keadaannya di dalam kandang babi yang kotor, kembali ke rumah, dan diperbarui. Pemungut cukai yang dianggap sebagai orang yang dibuang secara sosial oleh orang Farisi, memukul dadanya, berdoa kepada Allah, dan dibenarkan. Ada sukacita di surga ketika orang berdosa bertobat, ada pesta di rumah bapa ketika anaknya kembali, dan damai di hati seorang yang terbuang ketika Allah membenarkan orang tersebut.

Lukaslah yang membuka tema tentang kasih Yesus kepada orang-orang miskin dan terlantar. Ketika para tamu yang diundang menolak datang ke pesta yang besar itu, orang-orang miskin, cacat, buta, dan orang lumpuh dibawa masuk. Ketika masih ada tempat yang masih kosong di dalam rumah, hamba itu disuruh untuk membawa mereka masuk. Orang miskin yang dibawa di depan pintu gerbang orang kaya setiap hari dibawa oleh malaikat-malaikat ke sisi Abraham di surga.

Lukas menunjukkan bahwa Yesus mengasihi orang miskin, sedangkan orang kaya diperingatkan supaya datang bertobat dan beriman. Perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin dimaksudkan untuk menggambarkan penderitaan kehidupan sesudah kematian bagi orang yang hidup dalam kemewahan di dunia tanpa memperhatikan Allah dan sesamanya. Perumpamaan tentang orang kaya yang ingin menyimpan kekayaan materialnya di dalam lumbung yang lebih besar menyingkapkan kemiskinan yang sebenarnya dari seorang yang menaruh kepercayaannya di dalam kekayaan dan bukan pada Allah. Dan perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur mengajarkan kita untuk tidak bergantung kepada kekayaan duniawi, tetapi membagikannya untuk memperoleh sahabat dan supaya disambut di dalam tempat tinggal yang kekal.

Mengasihi sesama merupakan satu tema yang dijelaskan jauh lebih tajam di dalam Lukas dibandingkan dengan Injil yang lain. Dengan menggunakan perumpamaan orang Samaria yang baik hati, Lukas menunjukkan bahwa konsep ini tidak terbatas dan aplikasinya bersifat universal. Karena itu, perintah untuk mengasihi sesama lebih penting dari halangan suku, budaya, umur, kebangsaan, dan bahasa .

Setidak-tidaknya di dalam tiga perumpamaan yang khas di dalam Injilnya, Lukas mengembangkan tema tentang kesetiaan. Tuntutan bagi seorang murid Yesus adalah kesetiaan yang kokoh di dalam melakukan kewajibannya. Bahwa seorang pengikut Yesus melayani Dia dengan kesetiaan yang sepenuh hati ditunjukkan dengan sangat hidup di dalam perumpamaan tentang petani yang mempunyai hamba yang membajak ladang sepanjang hari, menyiapkan makan malam bagi tuannya setelah dia pulang, dan bahkan tidak menerima ucapan terima kasih, karena semua itu merupakan pekerjaannya setiap hari. Perumpamaan tentang orang yang ingin membangun menara dan raja yang akan berperang melawan raja lain mengilustrasikan harga pemuridan. Mengikut Yesus berarti suatu kemauan untuk menghentikan segala sesuatu; tidak ada yang boleh lebih diutamakan bila menjadi seorang murid.


Tema kesetiaan ini terungkap di dalam perumpamaan tentang uang mina. Sembilan hamba menggunakan uangnya untuk bekerja dan masing-masing bisa mendapatkan tambahan mina. Tetapi satu hamba menyimpan uang itu di sapu tangan dan dihukum karena tidak berguna. Hamba-hamba yang lain dipuji dan diberi hadiah dengan tanggung jawab yang lebih besar. Tema kesetiaan juga diuraikan di dalam perumpamaan-perumpamaan dari penulis Injil lainnya yaitu, Matius menguraikan di dalam perumpamaan tentang dua orang anak, pencuri, hamba yang diberi otoritas, gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh, dan tentang talenta. Markus menggambarkan tema ini di dalam perumpamaan tentang penjaga pintu.

Tak kurang pentingnya, tema tentang doa juga dijelaskan di dalam tiga perumpamaan di dalam Injil Lukas. Sahabat yang mengetuk pintu tetangganya di tengah malam dan janda yang secara teratur datang kepada hakim merupakan cerita yang paralel. Kedua perumpamaan mengajarkan doktrin tentang kegigihan di dalam berdoa, yang diringkas oleh komunitas Kristen mula-mula di dalam ajaran apostolik: "Tetaplah berdoa" [16] Perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai menyebutkan doa, meskipun perhatian utamanya adalah mengenai kebenaran [17].

Kecuali paralel-paralel sinoptik perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi, Lukas tidak memiliki perumpamaan yang dia perkenalkan sebagai perumpamaan tentang Kerajaan Allah. Markus memberikan pendahuluan ini untuk perumpamaan-perumpamaan tentang benih yang tumbuh dan perumpamaan tentang biji sesawi. Matiuslah yang mendaftar perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Allah. Sejumlah sepuluh perumpamaan memiliki pendahuluan tentang Kerajaan Allah: gandum dan lalang, biji sesawi, ragi, harta yang tersembunyi, mutiara yang berharga, pukat, hamba yang tidak mengampuni, pekerja-pekerja di kebun anggur, perjamuan kawin, dan gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh. Implikasinya, perumpamaan tentang talenta juga dianggap sebagai perumpamaan tentang Kerajaan Allah karena hubungannya dengan perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh. Demikian juga perumpamaan tentang penabur ada di dalam konteks "pengetahuan tentang rahasia Kerajaan Surga," karena di dalam perumpamaan ini Yesus menyampaikan pemahaman dasar tentang kedatangan Kerajaan Allah [18].

Banyak perumpamaan tentang Kerajaan Allah di dalam Injil Matius memiliki perspektif eskatologis. Perumpamaan tentang gandum dan lalang dan perumpamaan tentang pukat memiliki kesimpulan yang sama: keduanya berbicara tentang pemisahan pada akhir zaman. Demikian juga, di dalam perumpamaan tentang perjamuan kawin berakhir dengan dikeluarkannya orang yang tidak menggunakan pakaian pesta. Perumpamaan-perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh dan perumpamaan tentang talenta menggambarkan lima gadis bodoh yang mendapati pintu terkunci dan hamba yang malas dilemparkan ke dalam kegelapan. Matius menyimpulkan perumpamaan¬perumpamaannya dengan perumpamaan tentang akhir zaman di mana terjadi pemisahan orang-orang, dibandingkan dengan seorang gembala yang memisahkan dombanya di sebelah kanan dari kambing-kambingnya di sebelah kiri.

Sesuai dengan metode penulisannya, Matius telah mengelompokkan tujuh perumpamaan di dalam pasal tiga belas. Empat di antaranya dapat diambil sebagai dua pasangan: perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi adalah sama, perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga mempunyai pesan yang sama. Di dalam rangkaian yang pertama, kuasa kemenangan dari pesan keselamatan diekspresikan secara eksternal di dalam pertumbuhan tanaman sesawi dan secara internal di dalam naiknya sejumlah adonan. Dan di dalam rangkaian yang kedua, kedua petani yang menjual segala sesuatu untuk membeli ladang yang mengandung harta yang terpendam, dan pedagang yang menglikuidasi aset-asetnya untuk membeli mutiara yang berharga, menunjukkan penyerahan total kepada Kristus dan nilai yang tidak terbatas dari Kerajaan-Nya.

Karena kurangnya perumpamaan-perumpamaan di dalam Injil Markus, sulit untuk memastikan apakah Markus memilih perumpamaan-perumpamaannya untuk tujuan teologis. Dua dari perumpamaan-perumpamaannya mempunyai motif eskatologis, yaitu perumpamaan tentang pohon ara dan penjaga pintu. Di dalam perumpamaan-perumpamaan lainnya dia memperlihatkan perbuatan Allah di dalam pekerjaan-Nya baik di dalam hubungan dengan alam maupun hubungan dengan manusia. Perumpamaan-perumpamaan itu adalah perumpamaan tentang penabur, benih yang tumbuh, biji sesawi, dan penyewa-penyewa kebun anggur. Secara umum dapat dikatakan bahwa di dalam semua perumpamaan-perumpamaan Markus, kuasa dan kekuasaan Allah jelas.



Penerima dan Responsnya:


Siapakah orang-orang yang mendengarkan perumpamaan¬perumpamaan ketika Yesus mengajarkannya di tempat umum dan di rumah-rumah? Mereka tergolong ke dalam tiga kategori: murid-murid, orang banyak, dan orang-orang yang menentang Yesus. Sebagian besar dari perumpamaan tersebut ditujukan kepada orang banyak maupun kepada para mur id ." Menurut Matius, perumpamaan-perumpamaan yang didengarkan oleh orang banyak adalah perumpamaan tentang dua macam dasar, anak-anak yang bermain di pasar, penabur, gandum dan lalang, dan biji sesawi dan ragi. Sedangkan perumpamaan yang didengarkan oleh para murid adalah perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga, domba yang hilang, hamba yang tidak mengampuni, pekerja-pekerja kebun anggur. Lagipula, perumpamaan-perumpamaan eskatologis yang diberikan kepada murid-murid secara pribadi adalah perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh, talenta, dan penghakiman terakhir. Imam-imam kepala dan para tua-tua merupakan orang-orang yang menentang Yesus. Mereka mendengar perumpamaan tentang dua orang anak, penyewa-penyewa kebun anggur, dan perjamuan kawin di mana perumpamaan-perumpamaan ini ditujukan kepada mereka.

Lukaslah yang menunjukkan bahwa Yesus sering kali menjawab para lawan-Nya dengan mengajar mereka perumpamaan-perumpamaan bahkan di rumah mereka sendiri. Sekurang-kurangnya ada lima kesempatan berbeda di mana Yesus mengajar orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, atau guru-guru Taurat. Pada waktu memenuhi undangan makan malam Simon orang Farisi, Dia mengajar perumpamaan tentang dua orang yang berhutang. Yang kedua, selama acara makan malam yang serupa, seorang Farisi yang terkemuka dan para tamunya mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus tentang tempat yang paling utama dan yang paling rendah dan perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih. Ketiga, seorang ahli Taurat meminta Yesus untuk menjelaskan arti kata sesama dan mendengar penjelasan di dalam bentuk perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati. Keempat, ketika orang-orang Farisi dan guru-guru Taurat menggerutu melihat Yesus masuk ke rumah orang-orang yang dibuang secara moral dan sosial dan makan bersama-sama dengan mereka, mereka diminta untuk berkaca kepada perumpamaan tentang domba yang hilang, dirham yang hilang, dan anak yang hilang dan melihat dengan perspektif yang benar hubungan rohani antara orang-orang berdosa dengan diri mereka sendiri. Dan kelima, ketika Yesus memberitahu orang-orang Farisi, "kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan Maman," orang-orang Farisi mencemooh Yesus karena mereka mencintai uang. Dengan latar belakang ini Yesus mengajarkan perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin.

Lukas menulis bahwa orang banyak itu senang dengan semua hal yang mengagumkan yang dilakukan oleh Yesus, meskipun musuh-musuh-Nya dipermalukan (Luk 13:17). Mereka mendengar perumpamaan-perumpamaan tentang dua macam dasar, penabur, orang kaya yang bodoh, biji sesawi dan ragi, orang yang membangun menara dan raja yang pergi berperang, dan uang mina. Murid-murid diajar secara pribadi perumpamaan-perumpamaan tentang sahabat di tengah malam, hakim yang tidak benar, penjaga pintu, pencuri, hamba yang diberi otoritas, bendahara yang tidak jujur, dan tuan dan hambanya.

Tiga perumpamaan Markus yang didengar oleh orang banyak: perumpamaan tentang penabur, benih yang tumbuh, dan biji sesawi. Dua perumpamaan diceritakan secara pribadi untuk kepentingan murid-mur id-Nya yaitu: perumpamaan tentang pohon ara dan penjaga pintu. Dan perumpamaan yang terakhir yaitu perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur ditujukan pada imam-imam kepala, guru-guru Taurat, dan para tua-tua.

Perumpamaan-perumpamaan yang mempunyai paralel pada umumnya memiliki pendengar yang sama, meskipun penulis yang satu lebih spesifik daripada penulis yang lain. Sehingga, Matius menghubungkan bahwa perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi diceritakan kepada orang banyak (Mat 13:34); Lukas menunjukkan bahwa orang banyak adalah orang-orang yang hadir di sinagoga di mana di dalamnya termasuk orang banyak yang menentang Yesus (Luk 13:10, 17). Perumpamaan tentang domba yang hilang ditujukan kepada musuh-musuh Yesus (Luk 15:1) menurut Lukas, dan kepada murid-murid-Nya (Mat 18:1) menurut Matius. Mungkin sekali Yesus mengajarkan perumpamaan ini dua kali kepada dua pendengar yang berbeda." Sungguh, hal ini benar-benar terjadi ketika Yesus mengajarkan kepada orang banyak perumpamaan tentang uang mina ketika mendekati kota Yerusalem selama perayaan Paskah yang terakhir. Beberapa hari kemudian, Dia menggunakan motif yang sama untuk mengajar murid-murid perumpamaan tentang talenta.

Kebanyakan perumpamaan-perumpamaan Matius memiliki seruan yang tidak langsung. Biasanya mereka didahului dengan klausa, "Hal Kerajaan Surga seumpama ... " Kerajaan Surga dibandingkan dengan seorang penabur, benih, harta terpendam, seorang pedagang, pukat, raja, atau pemilik tanah. Perumpamaan¬perumpamaan lainnya lebih langsung lagi di dalam menarik respons pribadi. Misalnya, Yesus memakai perumpamaan tentang dua macam dasar bagi "setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya." Pesannya adalah - mendengar dan, responsnya, melakukan. Di dalam perumpamaan Matius tentang hamba yang tidak berbelas kasihan, pesan pribadi yang diberikan:
"Maka Bapa-Ku yang di surga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu" (Mat 18:35). Seruan langsung dengan arah yang sama diungkapkan di dalam perumpamaan tentang dua orang anak, pohon ara, pencuri, hamba yang diberi otoritas, dan gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh. Di dalam perumpamaan-perumpamaan ini, respons yang diperoleh adalah dalam bentuk panggilan untuk selalu siap, dan desakan untuk waspada dan bertobat. Perumpamaan tentang penggarap¬penggarap kebun anggur menimbulkan respons negatif yang cepat dari imam-imam kepala dan orang-orang Farisi; mereka mencari alasan untuk menangkap Yesus.

Perumpamaan-perumpamaan Lukas lebih banyak mengundang respons daripada Matius. Simon orang Farisi diminta meresponi perumpamaan tentang dua orang yang berhutang; ahli Taurat sesudah mendengar perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati disuruh untuk, "pergi dan perbuatlah demikian." Sejumlah perumpamaan diceritakan dengan latar belakang situasi yang meminta jawaban. Perumpamaan yang dimaksud adalah perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh, di mana Yesus mengajarkan perumpamaan ini ketika Dia diminta untuk membagi harta warisan; perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah, yang timbul dari sebuah perbincangan mengenai keberdosaan Pilatus yang membunuh orang-orang Galilea dan yang darahnya dicampur dengan persembahan mereka; perumpamaan tentang tempat yang terutama dan utama dan perjamuan malam, yang muncul sebagai respons untuk undangan makan malam yang telah Yesus terima; perumpamaan-perumpamaan tentang domba yang hilang, dirham yang hilang, dan anak yang hilang yang merupakan jawaban bagi orang-orang Farisi dan guru-guru Taurat yang tidak menyetujui persekutuan meja Yesus dengan orang-orang berdosa; dan perumpamaan tentang uang mina yang ditujukan kepada orang banyak yang berpikir bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan.

Yesus menyerukan kepada murid-murid-Nya untuk tidak berpegang kepada harta milik duniawi di dalam pengajaran tentang bendahara yang tidak jujur, dan untuk melihat hasil akhir dari penyembahan kepada uang di dalam perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin. Seruan di dalam perumpamaan tentang hakim yang tidak benar adalah kesetiaan di dalam berdoa dan di dalam perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai adalah perlunya kerendahan hati di hadapan Allah. Kebanyakan perumpamaan-perumpamaan Lukas mempunyai pesan dasar: bertobat dari dosa. Pesan ini terdapat di dalam perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah, orang-orang yang berdalih, dan di dalam perumpamaan tiga serangkai tentang domba, dirham, dan anak yang hilang.

Kadang-kadang perumpamaan Lukas melibatkan pendengarnya dengan menggunakan kata "di antara kamu" sebagai pendahuluannya. Sehingga pendengar secara langsung menjadi bagian dari perumpamaan tersebut dan tiap-tiap pendengar didorong untuk memberikan respons. Perumpamaan tentang sahabat di tengah malam dimulai dengan klausa, "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah sahabatnya." Perumpamaan-perumpamaan tentang orang yang membangun menara dan raja yang hendak pergi berperang, domba yang hilang dan dirham yang hilang, tuan dan hamba memiliki pendahuluan yang sama. Apakah pendengarnya terdiri atas teman atau musuh, perumpamaan yang dimulai dengan klausa pendahuluan yang dicantumkan di dalam perumpamaan, mendatangkan respons. Matius mempunyai pertanyaan yang menarik, "Bagaimana pendapatmu? sebagai sebuah pendekatan kepada perumpamaan tentang domba yang hilang dan anak yang hilang.



Gambaran :


Di dalam Injilnya, Matius menggambarkan Yesus sebagai Kristus, Anak Allah kepada para pembacanya. Karena itulah tidak mengherankan bahwa di dalam perumpamaan-perumpamaan pilihannya, Matius telah mengambil banyak perumpamaan di mana gambaran Yesus itu tampak jelas. Sehingga di dalam aplikasi dari perumpamaan tentang anak-anak yang bermain di pasar adalah Anak Manusia yang datang ke dunia untuk makan dan minum dan disebut sebagai pelahap, pemabuk, dan teman dari pemungut cukai dan "orang-orang berdosa." Ketika Yesus menjelaskan perumpamaan tentang gandum dan lalang, Dia mengidentifikasikan diri-Nya dengan pemilik tanah. "Orang yang menaburkan benih yang baik ialah Anak Manusia" (Mat 13:37). Di dalam perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun, anak pemilik tanah itu dikirim kepada penggarap-penggarap kebun anggur tetapi dibunuh oleh mereka. Perjamuan kawin diselenggarakan karena anak raja akan menikah. Dan perumpamaan tentang domba dan kambing didahului dengan penjelasan mengenai Anak Manusia yang datang di dalam kemuliaan, disertai dengan para malaikat-Nya, untuk menghakimi bangsa-bangsa, dan memisahkan manusia.

Di dalam perumpamaan yang disebut dengan perumpamaan eskatologis, referensi untuk Yesus adalah implisit dan juga eksplisit. Penjaga pintu harus berjaga-jaga karena pemilik rumah mungkin kembali sewaktu-waktu sepanjang malam itu. Perumpamaan tentang pencuri lebih langsung ke aplikasinya: "Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga" (Mat 24:44). Perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh, talenta, dan uang mina menunjuk kepada kedatangan Yesus kembali yang sudah dekat.

Allah digambarkan sebagai Bapa di sejumlah perumpamaan¬perumpamaan Matius. Raja di dalam perumpamaan tentang hamba yang tidak berbelas kasihan merupakan personifikasi dari Allah Bapa. "Maka Bapa-Ku yang di surga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu," Yesus mengatakan hal ini sebagai aplikasinya (Mat 18:35). Di dalam perumpamaan tentang dua orang anak, anak yang satu taat dan anak yang lainnya tidak taat kepada bapanya. Implikasinya adalah bahwa para pemungut cukai dan para wanita tuna susila menaati kehendak Allah Bapa sehingga masuk surga. Kedua perumpamaan yaitu perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur dan perjamuan kawin menggambarkan bapa yang mengutus anaknya dan bapa yang mempersiapkan sebuah pesta bagi anaknya.

Meskipun figur bapa diberikan oleh Lukas hanya di dalam perumpamaan tentang anak yang hilang, ketiga penulis Injil menyajikan beberapa perumpamaan di mana Allah disebutkan secara langsung. Nyawa orang kaya yang bodoh diambil oleh Allah. Nama Allah disebutkan beberapa kali di dalam perumpamaan tentang hakim yang tidak benar. Dan nama Allah disebutkan di dalam doa orang Farisi dan pemungut cukai.

Merupakan ciri dari Injil Matius untuk menggambarkan Yesus di dalam banyak perumpamaan-perumpamaan - satu ciri yang tidak ada di dalam perumpamaan-perumpamaan dalam Injil Lukas. Demikian juga, Matiuslah yang menunjukkan peran Allah Bapa di sejumlah perumpamaan-Nya. Sebaliknya, Lukas menekankan hubungan antar pribadi, seperti yang ditunjukkan di dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati, sahabat di tengah malam, anak yang hilang, dan orang kaya dan Lazarus yang miskin.

Tiap-tiap penulis memperkenalkan perumpamaan¬perumpamaan Yesus, tetapi masing-masing penulis memakai kemampuan, pandangan, dan kemampuannya sendiri di dalam menyajikan perumpamaan-perumpamaan tersebut. Namun demikian perumpamaan-perumpamaan tersebut berasal dari Yesus. Dia yang menciptakan perumpamaan-perumpamaan itu, dan sekarang Dia berbicara melalui perumpamaan-perumpamaan itu, dan di dalam perumpamaan-perumpamaan itu Dia membuat diri-Nya sendiri dikenal oleh manusia. Kemudian perumpamaan-perumpamaan itu sampai kepada kita dalam bentuk-bentuk yang disajikan oleh penulis-penulis Injil secara individual, memberi kita jaminan bahwa kita sesungguhnya mendengarkan suara Yesus.







--------------



Catatan :

[1] 2 Samuel 12:1-4. Contoh-contoh lainnya adalah perumpamaan tentang wanita dan Tekoa (2 Sam 14:4-7); dan pesan Yoas kepada Amazia (2Raj 14:9).

[2] Hunter, Perables, 15.

[3] T.W. Manson, The Teaching of Jesus (Cambridge: University Press, 1951), 69, menghitung jumlah perumpamaan ada enam puluh lima. A.M. Hunter, Interpreting the Parebles, (Philadelphia: Westminster Press, 1960), 11, berpegang bahwa jumlahnya "kira-kira 60."

[4] J. Jeremias, Unknown Sayings of Jesus (London: s.p.eK., 1958), 2.

[5] Jeremias, Perables, 84-85, mengatakan bahwa "tidak mungkin menghindari kesimpulan bahwa penafsiran dari perumpamaan tentang gandum dan lalang adalah karya Matius sendiri." Dia bisa sampai kepada kesimpulan ini atas dasar pertimbangan-pertimbangan linguistik.

[6] Julicher, Gleicbnisreden, 2:385-406, menganggap perumpamaan tentang kebun anggur dan penyewa-penyewa nya sebagai penciptaan gereja mula-mula. Demikian juga, R. Bultmann, The History of the Synoptic Tradition (New York:
Harper and Raw, 1963), 177.

[7] Marshall, Eschatologyand theParables, 11.

[8] M.D. Goulder, "Characteristics of the Parables in the Several Gospels," JTS 19 (1968):52.

[9] Morris, Luke, 40.

[10] Gou1der, "Characteristics of the Parables," 55.

[11] B. Gerhardsson, "The Seven Parab1es in Matthew XIII," NTS19 (1972-73):18.

[12] Marshall, Luke,401.

[13] G.E. Ladd, "The Sitz im Leben of the Parables of Matthew 13: the Soils," Studia Evangelica, ed. F.L. Cross (Berlin: 1964),2:204.

[14] Goulder, "Characteristics of the Parables," 56, ingin memasukkan perumpamaan tentang penabur tetapi hanya dapat melakukannya dengan kembali ke penafsirannya di dalam ayat-ayat yang mengantikannya. Tetapi, perumpamaan itu sendiri tidak menunjukkan kekontrasan.

[15] A. Wikenhauser, New Testament Introduction (New York: Herder and Herder, 1965),217.

[16] Roma 12:12; Efesus 6:18; Filipi 4:6; Kolose4:2; 1Tesalonika 5:17.

[17] P.T. O'Brien, "Prayer in Luke-Acts," TB24 (1973):118.

[18] Ridderbos, Coming of the Kingdom, 132.

[19] Linnemann, Parables, 35, meskipun ada bukti-bukti, tetapi menyatakan, "Hanya dapat ditemukan beberapa, jika ada, perumpamaan yang Yesus tujukan secara eksplisit kepada murid-murid-Nya: sebagian besar ditujukan kepada orang-orang yang menentang Dia, kepada orang-orang yang menyerang tingkah laku-Nya atau marah terhadap perkataan-perkataan-Nya."

[20] Jeremias, Parables, 41, memberikan asumsi bahwa Yesus mengulangi perumpamaan-perumpamaan-Nya kepada lebih dari satu pendengar. Pada waktu yang sama Dia mengisyaratkan bahwa baik Matius maupun Lukas berkontradiksi di antara mereka sendiri ketika mereka menyajikan perkataan-perkataan Yesus yang ditujukan kepada orang banyak pada satu peristiwa dan kepada murid-murid pada peristiwa yang lain. Penilaian ini agak tidak cocok berdasarkan ajaran lisan Yesus yang berulang.




Disalin dari :
Simon Kistemaker, The Parables of Jesus, 1980, p 297-313, ISBN 979-9532-42-6

BP
Merdeka dlm Kristus

 
Posts: 15070
Joined: Fri Jun 09, 2006 5:20 pm
MAKSUD PENGAJARAN DENGAN PERUMPAMAAN
 by BP » Fri Oct 10, 2008 10:21 am

MAKSUD PENGAJARAN TUHAN YESUS DENGAN PERUMPAMAAN


1. SIAPA YANG MEMPUNYAI, KEPADANYA AKAN DIBERI.

* Matius 13:10-12
13:10 LAI TB, Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?"
KJV, And the disciples came, and said unto him, Why speakest thou unto them in parables?
TR, και προσελθοντες οι μαθηται ειπον αυτω διατι εν παραβολαις λαλεις αυτοις
Translit, kai proselthontes hoi mathêtai eipon autô dia diati en parabolais laleis autois

13:11 LAI TB, Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.
KJV, He answered and said unto them, Because it is given unto you to know the mysteries of the kingdom of heaven, but to them it is not given.
TR, ο δε αποκριθεις ειπεν αυτοις οτι υμιν δεδοται γνωναι τα μυστηρια της βασιλειας των ουρανων εκεινοις δε ου δεδοται
Translit, ho de apokritheis eipen autois hoti humin dedotai gnônai ta mustêria tês basileias tôn ouranôn ekeinois de ou dedotai

13:12 LAI TB, Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
KJV, For whosoever hath, to him shall be given, and he shall have more abundance: but whosoever hath not, from him shall be taken away even that he hath.
TR, οστις γαρ εχει δοθησεται αυτω και περισσευθησεται οστις δε ουκ εχει και ο εχει αρθησεται απ αυτου
Translit, hostis gar ekhei dothêsetai autô kai perisseuthêsetai hostis de ouk ekhei kai ho ekhei arthêsetai ap autou

13:13 LAI TB, Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.
KJV, Therefore speak I to them in parables: because they seeing see not; and hearing they hear not, neither do they understand.
TR, δια τουτο εν παραβολαις αυτοις λαλω οτι βλεποντες ου βλεπουσιν και ακουοντες ουκ ακουουσιν ουδε συνιουσιν
Translit, dia touto en parabolais autois lalô hoti blepontes ou blepousin kai akouontes ouk akouousin oude suniousin

Semua orang memiliki kesempatan untuk diselamatkan, sebab Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan semua manusia di dunia. Dan semua orang yang telah mendengar berita Injil (mendapat kesempatan mendengar berita karunia keselamatan) mereka sebenarnya "sudah dipanggil" menjadi murid-murid Tuhan Yesus Kristus. Namun tidak semua orang mau mendengar "panggilan" itu dan bahkan banyak yang kurang berminat. Sebab itu mereka tidak mendapat pengertian yang mendalam sehingga mereka kehilangan panggilannya pula. Tetapi mereka yang berminat benar, yaitu orang-orang yang meresponi berita Injil, seperti para murid Kristus yang telah meninggalkan semuanya untuk Kerajaan Allah, mereka ini diberi pengajaran yang lebih landjut sehingga mendapat pengertian tentang Injil Kristus secara lebih mendalam.

Proses beriman mirip proses belajar. Di sekolah kita belajar banyak hal yang belum kita mengerti. Ketika kita tidak mengerti suatu pelajaran, seharusnya respons kita adalah bertanya. Jadi, orang yang tumbuh dalam pengertiannya adalah orang yang memelihara sikap haus belajar dan berani bertanya.

Tuhan Yesus memakai perumpamaan dalam pengajaran-Nya untuk beberapa fungsi.

Pertama, untuk menegaskan sifat rahasia Kerajaan Surga. Untuk masuk Kerajaan Surga, perlu pembukaan yang datang dari pihak Allah yang harus ditanggapi dengan iman (ayat 11). Jadi, inisiatif Allah mutlak diperlukan, baik untuk menyatakan rahasia Kerajaan Allah maupun untuk membimbing orang agar merespons pewartaan Kerajaan Allah itu dengan iman.
Kedua, perumpamaan berakibat ganda. Kepada orang yang dikaruniai hati responsif akan terjadi proses bertanya, mencari, beroleh tuntunan, dan aktif mengimani. Orang itu akan mengalami pertumbuhan rohani. Untuk orang yang bebal, perumpamaan akan membuat Kerajaan Surga semakin tertutup baginya bahkan membuat orang itu mengalami proses pembutaan rohani lebih lanjut (ayat 14-15).

Ayat 10: Murid-murid bertanya kepada Tuhan Yesus, mengapa Ia mengajar dengan perumpamaan-perumpamaan? Dalam jawaban-Nya itu Tuhan Yesus mengakui bahwa perumpamaan-perumpamaan-Nya sukar dimengerti oleh orang-orang yang kurang berminat terhadap penggilan-Nya, sehingga mereka tidak diberi karunia untuk mengetahui rahasia kerajaan Allah.

Ayat 11, Tuhan Yesus berkata [color=green]"Karena kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak." Yang berarti:

Murid-murid Kristus sungguh diberi karunia yang besar untuk mengenal rahasia-rahasia ini. Pengetahuan adalah pemberian Allah yang pertama, dan ini merupakan pemberian yang mulia (Amsal 2:6). Pengetahuan diberikan kepada para rasul sebab mereka adalah pengikut-pengikut Kristus yang setia bersama-Nya. Perhatikanlah, semakin dekat kita kepada Kristus, dan semakin sering kita bercakap-cakap dengan-Nya, semakin dalam kita mengenal rahasia-rahasia Injil.

Barangkali ada perumpamaan-perumpamaan yang dapat diterima banyak orang, misalnya perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati, tetapi ada banyak sekali perumpamaan-perumpamaan yang masih samar bagi mereka. Namun betapa bahagianya para murid-murid Kristus diberi karunia oleh Tuhan Yesus untuk mulai menyadari peran-peran Yesus dalam rencana-Nya untuk mendatangkan kerajaan-Nya di bumi.

Ayat 12, Tuhan Yesus menambahkan bahwa: "Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." Maksud Tuhan Yesus di sini tentu tidak berbicara mengenai harta duniawi, seperti uang, emas atau kekayaan lainnya.

"Mereka yang mempunyai" Adalah golongan orang-orang yang meresponi berita Injil dan menjadi murid Kristus. Kepada siapa yang dengan tulus menerima berita Injil ini, mereka akan diberikan banyak pengertian. Tuhan Yesus secara khusus menyebut adanya "rahasia" Kerajaan Sorga. Rahasia berarti rahasia, yang tentu tidak semua orang memahaminya, hanya kepada mereka yang diberikan kunci rahasia itu, dia akan mengerti rahasia itu.

Sedangkan golongan "mereka yang tidak mempunyai" adalah orang-orang yang tidak berkenan merespon berita Injil. Kepada orang-orang yang demikian, mereka tidak diberi pengetahuan akan rahasia Kerajaan Sorga. Rahasia Kerajaan Sorga, bahwa didalam pemerintahannya mulai diwujudkan ke dalam dunia ini. Orang-orang lain tahu bahwa Yesus Kristus semacam "rabbi" yang sungguh paham kitab suci dan Ia dikenal mereka sebagai orang yang memiliki karunia mujizat yang luar biasa yang kadang-kadang membuat mereka tertarik. Namun pengertian mereka tidak sampai mendalam kepada pengertian, bahwa melalui Tuhan Yesus Kristus kerajaan Sorga mulai terwujud di dunia ini di jaman Perjanjian Baru. Bahwa Tuhan Yesus adalah Sang Penabur tertinggi yang mempersiapkan panen abadi.

Kita telah melihat di sini bahwa ada dampak dari pengajaran dengan perumpamaan yang memisahkan pendengar ke dalam dua kelompok. Para murid yaitu golongan yang meresponi berita Injil, mereka responsif terhadap pengajaran-pengajaran yang diterimanya, mereka langsung menyatakan ketidak-mengertian mereka kepada Tuhan Yesus ketika mereka tidak memahami pengajarannya (reff: ayat 10). Ini adalah langkah iman. Akibatnya, Tuhan Yesus memberikan penjelasan dan menerangi hati mereka, Tuhan Yesus membawa mereka kepada berkat Injil dan pemahaman tentang Kerajaan Sorga yang melimpah. Tetapi, orang kebanyakan tidak demikian. Mereka yang dalam golongan orang-orang yang tidak merespon berita Injil, mereka bertahan dalam kegelapan pikiran dan hati mereka. Karena mereka tidak percaya, maka arti dan makna Kerajaan Allah tertutup bagi mereka. Bahkan, itu menjadi pesan penghukuman bagi mereka. Akan tetapi, bagi yang percaya perumpamaan menyingkapkan arti dan makna Kerajaan Allah. Inilah maksud "siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (Matius 13:12)

Pernyataan dalam Matius 13:12 tsb diulang oleh Tuhan Yesus dalam pengajaran Perumpamaan tentang Talenta dalam Matius 25:29: "Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya". Meski Tuhan Yesus berbicara mengenai keuangan, namun maksud ini bukan bicara mengehai hal materi duniawi secara sempit. Perumpamaan tsb membicarakan sesuatu yang lebih besar daripada sekedar harta duniawi. Tuhan Yesus menyatakan suatu prinsip penting yang berhubungan dengan pahala dan kedudukan orang percaya di sorga. Apa yang akan diterima orang percaya dalam Kerajaan Allah di masa yang akan datang tergantung pada apa yang mereka miliki saat ini. Kedudukan dan warisan di sorga akan sebanding dengan pengabdian mereka sekarang ini kepada jalan dan Kerajaan Allah. Murid-murid Kristus tidak ubahnya seperti hamba-hamba yang diutus oleh majikannya. Yesus Kristus yang menjadi majikan/ tuan bagi kita, Dia sudah memberikan beberapa karunia (talenta) yang harus dipergunakan untuk mengembangkan kerajaanNya; akhirnya mereka harus mempertanggungjawabkan buah hasilnya. Jika seorang murid mengusahakan talenta ini dengan baik dan melipat-gandakannya, kepadanya semakin diberikan karunia talenta yang lebih besar lagi. Amin.



2. MENDENGAR NAMUN TAK MENGERTI, MELIHAT NAMUN TIDAK MENANGGAP:

13:14 LAI TB, Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
KJV, And in them is fulfilled the prophecy of Esaias, which saith, By hearing ye shall hear, and shall not understand; and seeing ye shall see, and shall not perceive:
TR, και αναπληρουται επ αυτοις η προφητεια ησαιου η λεγουσα ακοη ακουσετε και ου μη συνητε και βλεποντες βλεψετε και ου μη ιδητε
Translit, kai anaplêroutai ep autois ê prophêteia êsaiou hê legousa akoê akousete kai ou mê sunête kai blepontes blepsete kai ou mê idête

13:15 LAI TB, Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
KJV, For this people's heart is waxed gross, and their ears are dull of hearing, and their eyes they have closed; lest at any time they should see with their eyes, and hear with their ears, and should understand with their heart, and should be converted, and I should heal them.
TR, επαχυνθη γαρ η καρδια του λαου τουτου και τοις ωσιν βαρεως ηκουσαν και τους οφθαλμους αυτων εκαμμυσαν μηποτε ιδωσιν τοις οφθαλμοις και τοις ωσιν ακουσωσιν και τη καρδια συνωσιν και επιστρεψωσιν και ιασωμαι αυτους
Translit, epakhunthê gar hê kardia tou laou toutou kai tois ôsin bareôs êkousan kai tous ophthalmous autôn ekammusan mêpote idôsin tois ophthalmois kai tois ôsin akousôsin kai tê kardia sunôsin kai epistrepsôsin kai hiasômai autous

13:16 LAI TB, Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.
KJV, But blessed are your eyes, for they see: and your ears, for they hear.
TR, υμων δε μακαριοι οι οφθαλμοι οτι βλεπουσιν και τα ωτα υμων οτι ακουει
Translit, humôn de makarioi hoi ophthalmoi hoti blepousin kai ta hôta humôn hoti akouei

13:17 LAI TB, Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.
KJV, For verily I say unto you, That many prophets and righteous men have desired to see those things which ye see, and have not seen them; and to hear those things which ye hear, and have not heard them.
TR, αμην γαρ λεγω υμιν οτι πολλοι προφηται και δικαιοι επεθυμησαν ιδειν α βλεπετε και ουκ ειδον και ακουσαι α ακουετε και ουκ ηκουσαν
Translit, amên gar legô humin hoti polloi prophêtai kai dikaioi epethumêsan idein ha blepete kai ouk eidon kai akousai ha akouete kai ouk êkousan

Ayat 13: TUhan Yesus melukiskan keadaan orang Yahudi "mendengar namun tidak mengerti, melihat namun tidak menanggap". Sebagian orang Yahudi tidak menanggap akan berita Injil, dengan alasan itulah Tuhan Yesus tidak bicara terus terang mengenai Kerajaan Sorga dan perkembangannya dan tentang maksud Ia datang ke bumi (inkarnasi). Jadi apakah maksud pengajaran dengan perumpamaan ini adalah suatu teka-teki? Sebenarnya bukan teka-teki, sebab bagi mereka yang tulus merespon pengajaran-Nya, ia akan dengan segera dapat memahami makna perumpamaan yang diberikan-Nya. Misalnya perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15). orang Samaria yang murah hati (Lukas 10). Dan bahkan dalam banyak hal Tuhan Yesus mengajar dengan sesuatu yang gamblang, bukan perumpamaan atau bahkan teka-teki, misalnya di dalam "khotbah di bukit" ajaran-Nya terang sekali.

Ayat 14-15, Kalau di dalam ayat 13 itu, Tuhan Yesus mengutip Yesaya 6:9-10; dan dalam ayat 14-15 ini kutipan Yesaya 6 disebut secara lengkap. Bahwa orang-orang Israel telah menjadi buta dan itulah yang menyebabkan mereka tidak berbalik kepada Tuhan, oleh karena itu Tuhan tidak dapat menyembuhkan mereka (dalam artian tidak dapat menyelamatkan mereka). Ungkapan "hatinya menebal" berarti hatinya sudah banyak tertutup dengan lemak, sehingga Firman Allah tidak dapat menyerobot "lemak" itu untuk masuk ke dalam hati mereka. Sebagian orang Israel menutup hati mereka, dan berita Injil tidak dapat masuk ke dalam hati mereka dan menjadi terang bagi kehidupan mereka.

Ayat 16-17: Adalah pernyataan berkat, Tuhan Yesus menyebut murid-murid-Nya berbahagia, sebab mereka itu berbeda dengan kebanyakan orang Israel lainnya; mata dan telinga mereka betul-betul terbuka terhadap ajaran-ajaran Kristus. Mereka merespon berita Injil dan mereka mengerti hal-ihwal Kerajaan Sorga dan maksud Tuhan Yesus datang ke bumi.

Para murid disebut berhabagia, merka adalah "orang-orang ebnar yang menghadapkan kedatangan Mesias." Mereka inilah yang golongan yang diidealkan para nabi PL. Mereka melihat dengan kepalanya zaman Mesias, sedangkan pada zaman para nabi PL dahulu mereka belum mengalaminya. Berkat-berkat Sang Mesias yang terutama adalah pengampunan dosa, penyembuhan-penyembuhan, penjelasan yang baru dan yang indah tentang Hukum Allah, dan kedatangan Roh Kudus. Tuhan Yesus ingin agar para murid menyadari bahwa mereka sungguhlah orang-orang yang sangat beruntung, sebab mereka hidup setelah kedatangan Sang Mesias, yaitu Tuhan Yesus.


Refleksi:
Mengerti kebenaran-Nya adalah anugerah.

Banyak Kristen datang beribadah, namun ketika mereka meninggalkan ruang ibadah, apakah dengan pengertian yang sama? Ada yang hanya mendengar namun sibuk dengan pikirannya sendiri; ada yang mendengar tetapi tidak mengerti; ada yang mendengar tetapi kemudian menafsirkannya sendiri; ada juga yang sungguh- sungguh mendengar dan mengerti kebenarannya. Tempat yang sama, isi ayat Alkitab yang sama, dan pengkhotbah yang sama, tidak menentukan jemaat yang hadir mendapatkan pengertian yang sama pula. Mengapa demikian? Mengerti kebenaran firman-Nya adalah anugerah, yang dinyatakan bagi mereka yang mau terbuka kepada kebenaran-Nya.

Inilah yang dijelaskan Tuhan Yesus ketika murid-murid-Nya menanyakan mengapa Ia memakai metode perumpamaan. Banyak orang berbondong-bondong datang, tetapi seperti nubuat nabi Yesaya bahwa mereka mendengar dan melihat namun tidak mengerti. Bukan karena Ia tidak mau menyatakan kebenaran kepada mereka, tetapi karena mereka yang mengeraskan hati, sehingga mereka tidak bertemu dengan kebenaran itu, yakni Tuhan Yesus sendiri. Zaman kini banyak orang berbondong-bondong mencari gereja, tetapi berapa banyak yang sungguh-sungguh mau terbuka kepada kebenaran firman-Nya, sehingga ia mengerti, percaya, dan menyimpan kebenaran itu dalam hatinya? Bukan orang-orang yang secara fisik hadir di gereja yang dapat mengerti kebenaran-Nya, tetapi anugerah pengertian dinyatakan bagi Kristen yang haus akan kebenaran.

Arti perumpamaan seorang penabur adalah bahwa tidak semua orang yang menerima kebenaran kemudian akan berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah. Firman kebenaran itu harus dimengerti (diterima); diresapi (berakar); dihayati sehingga mempengaruhi pola pikir, perilaku, gaya hidup (bertumbuh); dan dipertahankan sampai menghasilkan berlipatganda (berbuah). Pergumulan, masalah, kesulitan, kekuatiran, dan segala bentuk tantangan akan merupakan ujian bagi Kristen. Kiranya kita selalu diberi kekuatan dan pengertian di dalam Roh untuk selalu berada di dalam perlindungannya, sehingga kita tetap setia menjadi murid-murid-Nya.


Amin.



Post a Comment

Iklan1

iklan6

loading...

iklan3

loading...